SUBANG, TINTAHIJAU.com – Suara bentakan orang tua mungkin terdengar sepele dan sering dianggap sebagai cara cepat untuk membuat anak menurut.
Namun, tanpa disadari, kebiasaan membentak justru bisa meninggalkan luka mendalam pada hati dan perkembangan anak.
Tidak hanya memengaruhi emosinya, dampak dari bentakan juga bisa terbawa hingga dewasa, memengaruhi kepercayaan diri dan cara anak berinteraksi dengan orang lain.
Jika anak sering dibentak, hal itu bisa berdampak buruk pada perkembangan emosional, mental, bahkan fisiknya.
Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi.
1. Anak menjadi takut dan cemas
Anak yang sering dibentak cenderung merasa tidak aman. Ia bisa menjadi penakut, mudah panik, dan selalu khawatir membuat kesalahan.
2. Menurunnya rasa percaya diri
Bentakan membuat anak merasa tidak berharga. Ia bisa kehilangan keyakinan pada kemampuan dirinya sendiri.
3. Perilaku agresif atau pemberontak
Anak yang sering dibentak bisa meniru perilaku tersebut. Saat marah, ia mungkin juga akan membentak orang lain atau menjadi keras kepala.
4. Sulit berkomunikasi dengan orang tua
Karena takut dibentak, anak akan cenderung menutup diri, enggan bercerita, dan menyimpan masalahnya sendiri.
5. Masalah kesehatan mental jangka panjang
Dalam jangka panjang, anak bisa mengalami stres, gangguan kecemasan, bahkan depresi.
6. Gangguan pada perkembangan otak
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering dimarahi dengan keras atau dibentak mengalami peningkatan hormon stres (kortisol) yang bisa memengaruhi perkembangan otak bagian pengatur emosi dan memori.
Jika anak sudah sering dibentak, penting bagi orang tua untuk mulai memperbaiki cara berkomunikasi misalnya dengan berbicara lembut, menjelaskan alasan dengan tenang, dan memberi contoh yang baik.





