Keluarga

Kabar Hoax Terkait Kandungan Bromat di Air Kemasan, Pakar UGM Angkat Bicara

×

Kabar Hoax Terkait Kandungan Bromat di Air Kemasan, Pakar UGM Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Isu tentang kandungan bromat yang tinggi dalam air minum kemasan menjadi perbincangan hangat setelah seorang content creator menyebarkannya secara viral. Namun, Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Zullies Ikawati, dengan tegas menanggapi klaim tersebut yang dianggap tidak berdasar.

Menurut Prof. Zullies, bromat merupakan produk yang terbentuk saat proses ozonasi dalam desinfeksi air minum. Penjelasan dari seorang influencer bahwa kandungan bromat bisa terdeteksi melalui rasa agak manis tidaklah tepat. “Itu sebenarnya adalah tidak benar, karena bromat itu tidak berasa,” tegasnya.

Bromat dapat terbentuk saat ozon yang digunakan dalam proses desinfeksi bereaksi dengan bromida alami yang terdapat di sumber air.

“Ketika diozonisasi, Brom yang bermuatan negatif bisa bereaksi dengan ozon atau O3 dan terbentuklah senyawa Bromat atau BrO3. Bromat dapat masuk ke air minum kemasan jika proses penyaringan tidak dilakukan dengan hati-hati atau jika ada kontaminasi dalam sumber air,” jelas Prof. Zullies.

Namun, ia menekankan bahwa kandungan bromat dalam air minum masih dibolehkan, selama tidak melebihi 10 mcg/L, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Di Indonesia, regulasi terkait minuman dan makanan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dengan mengacu pada standar nasional Indonesia (SNI) yang diatur oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

“Pada SNI tersebut, terkait dengan kandungan bromat juga ditetapkan sama dengan standar aman WHO,” tambahnya.

Mengenai penyebaran informasi yang tidak valid, Prof. Zullies memberikan peringatan kepada masyarakat untuk berhati-hati. “Kembali ke isu yang rame tentang bromat pada salah satu produk air minum dalam kemasan, sudah dipastikan adalah hoax.

Selanjutnya, please be smart ya jika mendapat postingan-postingan serupa. Jika benar ada data laboratorium yang ditampilkan, pastikan sumbernya valid, apakah dari lab yang terakreditasi, laboratoriumnya dari mana,” tegasnya.

Prof. Zullies juga menyarankan agar masyarakat tidak langsung mempercayai dan menyebarkan informasi tanpa melakukan pengecekan dan verifikasi pada pakar atau ahli yang memang memiliki pengetahuan yang tepat. “Jangan langsung percaya dan menyebarkannya lagi, tanyakan pada yang dirasa lebih ahli,” pesannya.

Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap informasi yang beredar, terutama yang berpotensi menimbulkan kepanikan tanpa dasar yang kuat. Melalui pendekatan yang cermat dan mengedepankan sumber informasi yang valid, kita dapat menjaga kesehatan dan keamanan konsumsi air minum sehari-hari.