Keluarga

Mengapa Anak Menjadi Pelaku Bullying? Dokter Jiwa Angkat Bicara

×

Mengapa Anak Menjadi Pelaku Bullying? Dokter Jiwa Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Peristiwa ‘Geng Tai’ yang menggemparkan media sosial akhir-akhir ini telah menyoroti fenomena serius yang terjadi di salah satu sekolah menengah atas di Tangerang Selatan. Aksi bully yang viral itu bahkan diduga melibatkan anak dari salah satu presenter terkenal, Vincent Rompies.

Korban bullying dari insiden ini bahkan harus dirawat di rumah sakit karena kondisi yang dialaminya. Meski telah pulang dan menjalani perawatan jalan, insiden ini masih menjadi sorotan penting bagi masyarakat. Pihak kepolisian sendiri kini tengah melakukan penyelidikan mendalam terkait kasus ini.

Namun, di balik sorotan atas kasus ‘Geng Tai’ ini, banyak yang bertanya-tanya: apa yang membuat seorang anak menjadi pelaku bullying? Menurut dr. Alfonsus Edward Saun, seorang spesialis kejiwaan, perilaku bullying dapat disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks.

Salah satu faktor utama yang seringkali mendasari perilaku bullying adalah rasa ketidakamanan atau insecurity yang dirasakan oleh pelaku. Dr. Edward menjelaskan bahwa anak-anak yang melakukan bullying seringkali merasa ‘kurang’ atau tidak cukup di dalam diri mereka. Mereka mungkin merasa perlu mendapat perhatian lebih agar terlihat istimewa di mata teman-teman mereka.

Selain insecurity, faktor-faktor seperti dinamika keluarga, budaya, dan lingkungan pertemanan juga dapat memainkan peran penting dalam membentuk perilaku bullying. Masalah di rumah misalnya, bisa menjadi pemicu anak untuk menyalurkan ketidaknyamanannya dengan cara melakukan bullying pada orang lain.

Menurut dr. Edward, perilaku bullying pada dasarnya merupakan upaya pelarian dari masalah internal yang belum terselesaikan. Anak mungkin merasa tidak nyaman dengan masalah yang mereka hadapi di rumah, dan melakukan bullying bisa menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari masalah tersebut.

Dalam konteks ini, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk lebih memahami kompleksitas dan akar penyebab dari perilaku bullying. Lebih dari sekadar menyalahkan individu, kita perlu melihat masalah ini secara holistik dan mencari solusi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan.

Sementara pihak berwenang terus menyelidiki kasus ‘Geng Tai’ ini, kita juga harus bersama-sama bekerja untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan. Edukasi, dukungan emosional, dan pembinaan yang tepat bagi anak-anak adalah langkah-langkah penting dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan mereka di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Kebersamaan dalam mengatasi masalah bullying tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung bagi semua anak.