SUBANG, TINTAHIJAU.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, khususnya bagi orangtua dengan anak-anak.
Menurut dr. Eggi Arguni, M.Sc., Ph.D., Sp.A(K), seorang Spesialis Anak Konsultan dari RSUP Dr. Sardjito, jumlah orang yang terinfeksi virus DBD mungkin lebih besar dari yang dilaporkan. Hal ini disebabkan karena DBD seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada awalnya.
Anak-anak yang terinfeksi DBD biasanya hanya mengalami demam ringan dan mungkin hanya meminum obat penurun panas tanpa menyadari bahwa mereka terinfeksi virus DBD. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenali gejala DBD sebagai tanda-tanda awal infeksi.
“Ketika anak mengalami demam tinggi yang mendadak dan sifatnya kontinu atau terus-menerus, disertai dengan gejala seperti mual, muntah, kelemahan tubuh, bintik-bintik perdarahan di kulit, dan penurunan kesadaran, orangtua harus mencurigai infeksi virus dengue,” ujar dr. Eggi.
Anak-anak mungkin tidak dapat mengeluhkan nyeri sendi atau otot seperti yang biasa dirasakan oleh orang dewasa. Selain itu, pada fase infeksi dengue yang lebih berat, anak dapat mengalami mimisan atau gusi berdarah saat menyikat gigi.
Infeksi DBD biasanya terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Peran orangtua sangat penting dalam menjaga anak dari infeksi DBD, terutama selama musim hujan ketika populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor DBD, meningkat.
Orangtua dapat melakukan pencegahan dengan membersihkan sarang nyamuk di sekitar rumah dan mengenakan pakaian tertutup serta menggunakan repelen untuk melindungi anak dari gigitan nyamuk. Jika gejala DBD terdeteksi, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Musim hujan juga meningkatkan risiko penularan virus dengue karena genangan air memungkinkan nyamuk bertelur. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi keluarga dari infeksi DBD.
Dalam penjelasannya, dr. Eggi juga menekankan bahwa terdapat empat serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Pada infeksi sekunder, jika terinfeksi dengan jenis serotipe virus dengue yang berbeda dari infeksi pertama, manifestasi klinisnya dapat lebih berat, bahkan bisa menyebabkan kondisi seperti kebocoran plasma, shock, hingga kematian.
Dengan demikian, kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat sangatlah penting dalam melindungi anak-anak dari bahaya DBD. Orangtua perlu memahami gejala-gejala DBD dan segera mencari pertolongan medis jika anak menunjukkan tanda-tanda infeksi.