SUBANG, TINTAHIJAU.com – Emotional eating, atau kebiasaan makan sebagai respons terhadap perasaan, telah menjadi pola perilaku umum di tengah masyarakat.
Baik dalam kondisi emosi positif maupun negatif, banyak orang cenderung mencari kenyamanan dari makanan sebagai cara untuk meredakan atau menghilangkan perasaan yang dirasakan.
Namun, apa sebenarnya yang mendorong kebiasaan ini dan apa dampaknya bagi kesehatan?
Menurut laman Cleveland Clinic, emotional eating tidak sekadar tentang merasa lapar, tetapi lebih merupakan mekanisme pertahanan diri dari perasaan tertentu. Saat seseorang merasa stres, kecewa, atau cemas, produksi hormon kortisol dalam tubuh meningkat, memicu dorongan untuk mengonsumsi makanan yang cenderung manis, berlemak, atau asin.
Hal ini menjadi sebuah bentuk pertahanan diri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan konsekuensi negatif bagi kesehatan, seperti obesitas.
Beragam faktor dapat memicu seseorang untuk melakukan emotional eating. Faktor genetik, lingkungan yang stres, dan masalah psikologis seperti depresi atau kecemasan, semuanya dapat berperan dalam memperkuat kecenderungan ini, seperti yang dilansir dari laman Healthline.
Dampak dari emotional eating tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga secara mental. Kenaikan berat badan, gangguan pencernaan, bahkan risiko terjadinya penyakit jantung, diabetes, dan stroke menjadi beberapa dampak negatif yang mungkin dialami.
Secara mental, emotional eating dapat memicu perasaan bersalah, meningkatkan kecemasan, dan bahkan berpotensi mengembangkan gangguan makan seperti bulimia atau anoreksia.
Meskipun demikian, mengatasi kebiasaan emotional eating bukanlah hal yang tidak mungkin. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengontrolnya, seperti mencatat makanan yang dikonsumsi untuk memahami apakah makanan tersebut dikonsumsi karena lapar atau emosi, atau mencari cara untuk mengatasi stres melalui meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.
Selain itu, melibatkan dukungan dari keluarga atau teman serta mengurangi ketersediaan makanan yang memicu godaan dapat membantu mengatasi kebiasaan ini.
Penting untuk diingat bahwa makan sebagai respons terhadap emosi adalah hal yang wajar, tetapi mengontrolnya dengan cara yang sehat sangatlah penting untuk kesejahteraan fisik dan mental kita.
Dengan memahami akar penyebab dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kebiasaan ini, kita dapat memperbaiki hubungan kita dengan makanan dan meraih keseimbangan yang lebih baik dalam hidup kita.