SUBANG, TINTAHIJAU.com – Sebuah kisah tentang seorang ibu yang mengungkapkan bahwa bayinya, yang berusia 13 bulan, dikerok oleh pengasuhnya hingga menangis telah mencuat di media sosial. Kondisi punggung bayi yang merah kebiruan setelah dikerok mengundang pertanyaan mengenai bahaya dari praktik ini. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai bahaya bayi dikerok dan mengapa hal ini tidak disarankan.
Kerokan Sebagai Tradisi Populer
Kerokan, atau dikenal juga sebagai dikerok, adalah salah satu tradisi yang melekat dalam budaya masyarakat Indonesia. Tradisi ini diyakini dapat membantu mengeluarkan “angin penyakit” dari dalam tubuh. Prinsip dasar dari kerokan adalah memberikan gesekan atau parutan di kulit dengan menggunakan koin logam dengan harapan akan terjadi pelebaran pembuluh darah kulit yang akan menimbulkan rasa nyaman.
Meskipun kerokan telah menjadi praktik yang diterima secara luas dalam masyarakat, perlu diingat bahwa ini bukanlah tindakan yang aman atau disarankan untuk bayi yang berusia di bawah satu tahun. Bayi memiliki kulit yang sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan, sehingga kerokan dapat memiliki efek yang berbahaya. Berikut adalah beberapa bahaya bayi dikerok yang perlu diketahui:
1. Timbulnya Nyeri dan Luka
Dokter spesialis anak, Angga Wirahmadi, menjelaskan bahwa kulit bayi masih sangat tipis, sehingga proses kerokan dapat menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan kemerahan. Luka yang diakibatkan oleh kerokan juga dapat menjadi tempat masuknya kuman, baik virus maupun bakteri penyebab infeksi.
2. Iritasi Kulit
Minyak atau zat yang digunakan saat mengerok bayi juga dapat menyebabkan iritasi kulit, peradangan, atau alergi pada kulit anak.
3. Rasa Sakit dan Ketidaknyamanan
Bahaya bayi dikerok selanjutnya adalah kemampuannya untuk memberikan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada bayi. Kondisi ini dapat membuat bayi menangis dan merasa tidak nyaman.
Kapan Anak Boleh Dikerok?
Angga Wirahmadi menjelaskan bahwa tidak ada batasan usia pasti kapan anak boleh dikerok. Namun, semakin tua usia anak, semakin aman praktik ini. Penting untuk mencari saran medis jika Anda merasa kerokan diperlukan untuk meredakan sakit anak.
Selain kerokan, masih banyak metode alami lain yang bisa digunakan untuk meredakan gejala sakit pada anak, seperti memberikan banyak minum, kompres air hangat, makan atau minum yang hangat, dan lainnya.
Orang tua dan pengasuh perlu memahami bahwa terapi tradisional yang aman untuk orang dewasa belum tentu aman untuk bayi dan anak. Konsultasikan terlebih dahulu dengan seorang dokter sebelum melibatkan bayi Anda dalam praktik seperti kerokan.
Dalam mengatasi sakit atau keluhan kesehatan anak, keselamatan dan kesejahteraan mereka harus selalu menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memahami bahaya bayi dikerok sebelum melakukannya dan mencari alternatif yang lebih aman dan sesuai dengan usia anak untuk menjaga kesehatan kulit yang sensitif mereka.