Waspada! Terlalu Dimanja Ortu Bisa Berampak pada Kehidupan Pernikahan Anak

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Pola asuh orangtua memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter dan kemandirian anak. Salah satu pola asuh yang kini banyak diperbincangkan adalah pola asuh strawberry parents.

Pola asuh ini merujuk pada orangtua yang terlalu melindungi dan selalu memenuhi semua kebutuhan anak tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk menghadapi tantangan. Meskipun terlihat penuh kasih sayang, pola asuh ini justru berpotensi meninggalkan dampak negatif jangka panjang, bahkan hingga anak tumbuh dewasa dan berumah tangga.

Menurut Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., Psikolog Klinis dari RS Dr Oen Solo Baru dan pengajar di Setiabudi University, pola asuh strawberry parents dapat berdampak buruk pada hubungan pernikahan anak di masa depan. “Ternyata impact-nya itu bisa sampai ke pernikahan,” ungkap Joko dalam wawancaranya dengan Kompas.com.

Sebagai contoh, seorang suami yang sejak kecil dimanjakan oleh orangtuanya cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah. Sejak kecil, segala keinginan dan kebutuhannya dipenuhi tanpa banyak usaha. Orangtua juga sering mengambil alih setiap masalah yang dihadapi, sehingga anak tidak terbiasa menyelesaikan tantangan secara mandiri.

Namun, ketika dewasa dan menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu berjalan mulus, pola pikir bahwa “semua tersedia” tidak lagi berlaku. Ketika keluarga mengalami kebangkrutan, anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini sering kali merasa sulit untuk beradaptasi dan memulai dari awal. “Orangtuanya bangkrut, kehidupannya sudah berbeda 180 derajat. Dia harus memulai dari awal,” jelas Joko.

Anak yang tumbuh dengan pola asuh ini cenderung mudah menyerah saat menghadapi hambatan. Dalam pernikahan, situasi ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan. Seorang suami yang tidak terbiasa menghadapi tantangan bisa menjadi kurang bertanggung jawab dalam mencari nafkah, meskipun istri sudah memberikan dukungan penuh. “Ada hambatan sedikit, sudah menyerah. Selalu berpikir ‘Sepertinya enggak akan bisa,’” tambah Joko.

Situasi ini dapat memicu stres dalam hubungan pernikahan. Pasangan merasa tidak didukung dan harus memikul beban sendiri, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan psikosomatis, yaitu gangguan fisik akibat tekanan psikologis.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan nilai kemandirian dan tanggung jawab sejak dini. Memberikan ruang bagi anak untuk menghadapi tantangan dan belajar dari kegagalan adalah kunci agar mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan siap menghadapi berbagai tekanan hidup. Pola asuh yang seimbang akan membantu anak menjalani hubungan yang sehat dan harmonis di masa depan.

“Ini contoh real bahwa ternyata impact-nya itu bisa sampai ke pernikahan dan sebenarnya masih banyak klien-klien saya yang mengalami dampak buruk lainnya,” tutup Joko.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini