EDITORIAL: Rotasi Harus Jadi Ruang Prestasi, Bukan Rutinitas Berkala

Pelantikan 162 pejabat administrator, pengawas, dan fungsional di Kabupaten Subang, Jumat (26/9/2025) di Desa Jalupang, Kecamatan Kalijati, tidak hanya menyangkut rotasi, mutasi, dan promosi jabatan. Lebih dari itu, acara tersebut adalah momentum untuk menegaskan kembali arah birokrasi Subang ke depan.

Bupati Subang Reynaldy Putra Andita secara tegas menyampaikan bahwa pejabat baru harus mengemban tugas dengan amanah, integritas, dan semangat pengabdian. Namun, di luar pembangunan infrastruktur maupun penuntasan persoalan teknis seperti pengelolaan sampah dan perbaikan jalan, ada pekerjaan rumah yang tak kalah penting: pembangunan mentalitas aparatur sipil negara.

Selama ini, mutasi sering dianggap sekadar pergeseran posisi yang dinanti sebagian ASN. Padahal, sebagai abdi negara, mutasi seharusnya dilihat sebagai konsekuensi logis dari pengabdian. ASN harus siap ditempatkan di mana saja, bukan hanya menunggu giliran rotasi berikutnya.

Pola pikir inilah yang harus digeser menjadi lebih progresif. Abdi negara seharusnya memandang setiap rotasi bukan sebagai akhir atau awal karier semata, melainkan sebagai ruang baru untuk menunjukkan dedikasi, menorehkan prestasi, dan memperluas karya. Jika mindset ini berhasil dibangun, mutasi tidak lagi menimbulkan kegelisahan, tetapi justru menjadi stimulan untuk meningkatkan kualitas pengabdian di lokasi baru.

Momentum pelantikan di Desa Jalupang yang penuh simbol, digelar di ruas jalan rusak dan di tengah problem sampah yang masih menumpuk, sebenarnya menjadi pengingat nyata bahwa jabatan bukanlah hak istimewa, melainkan amanah besar. Infrastruktur bisa dibangun, sampah bisa dikelola, tetapi tanpa perubahan mentalitas aparatur, semua itu hanya akan berjalan di tempat.

Karena itu, pesan “kami melayani, bukan dilayani” yang disampaikan Bupati Subang harus diterjemahkan menjadi budaya kerja. Pejabat yang baru dilantik harus peka terhadap keluhan masyarakat, bekerja melampaui batas jam kantor, serta menjadikan setiap kritik publik sebagai vitamin, bukan ancaman.

Kini, tantangan terbesar bukan hanya pada perbaikan jalan atau penanganan sampah, tetapi pada kemauan para abdi negara untuk mengubah pola pikir. Dari bekerja demi jabatan, menjadi bekerja demi pengabdian. Dari menunggu mutasi, menjadi siap berkarya di mana saja.