Menilik Kembali Surat Kabar Mahasiswa Indonesia: Suara Kritis dan Fenomenal di Era Politik Tahun 60-an

Surat Kabar Mahasiswa Indonesia | Foto: Kin Sanubary

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Mahasiswa Indonesia, sebuah surat kabar mingguan yang lahir dan berkembang di Bandung pada tahun 1966, surat kabar ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pers Indonesia. Media ini tidak hanya menjadi pembawa berita, tetapi juga menjadi pelopor perubahan politik yang signifikan pada kala itu.

Dari awal kemunculannya, Mahasiswa Indonesia telah menunjukkan sikap kritis yang tajam terhadap berbagai isu politik yang terjadi, terutama pada masa Orde Lama dan awal Orde Baru. Sebagai wadah bagi pemikiran kritis, surat kabar ini menjadi medium bagi mahasiswa dan pemuda Indonesia yang mendambakan perubahan.

Namun, keberanian Mahasiswa Indonesia dalam menyuarakan kebenaran tidak selalu dihargai. Pada tahun 1974, penerbitannya dihentikan setelah terjadi Peristiwa Malari. Alasan yang diberikan adalah provokasi yang dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan negara. Meskipun demikian, jejaknya tetap dikenang dalam sejarah perjuangan bangsa.

Baca Juga:  Tiga Tipe Sikap Orang Islam terhadap Ramadan

Di tengah masa Orde Lama, Mahasiswa Indonesia menjadi benteng perlawanan mahasiswa yang mengecam kebijakan pemerintah. Namun, kritisnya juga tidak terhalang ketika Orde Baru berkuasa. Penerbitannya dihentikan dan izinnya dicabut setelah terjadinya Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Alasan yang diberikan adalah provokasi yang dianggap meresahkan ketertiban dan keamanan negara oleh Surat Keputusan Kopkamtib.

Jumlah cetakannya pun mengalami peningkatan seiring waktu. Dari 10.000 eksemplar pada tahun 1966, naik menjadi 15.000 eksemplar pada tahun 1968, dan mencapai puncaknya dengan 19.000 eksemplar pada tahun 1972. Namun, kesuksesan dalam mencetak koran tersebut tidak berlangsung lama karena terhalang oleh tindakan represif pemerintah.

Baca Juga:  Pemiludamaipedia, Ensiklopedia Elektronik Jawab Kebutuhan Informasi Pemilu 2024

Di balik kepemimpinan tokoh-tokoh seperti Riyandi S, Awan Karmawan Burhan, dan Iwan Ramelan, atau yang lebih dikenal dengan nama Rahman Tolleng, Mahasiswa Indonesia mampu menyuarakan aspirasi dan kegelisahan rakyat.

Adapun kolom dan rubrik tetap yang selalu hadir di Mingguan Mahasiswa Indonesia yaitu :
~ Corat-coret
~ Editorial
~ Opini Pers
~ Hati Nurani Rakyat
~ Percakapan Minggu Ini
~ Universitaria
~ Indonesiana
~ Dunia Kita
~ Kaleidoscope
~ Nik Nok (Karikatur Satire) dan menampilkan kolom yang menampilkan tulisan dan opini para tokoh pemuda seperti Wiratmo Soekito, Wildan Jatim, Mar’ie Muhammad, Sampurno, Soeharsono Sagir, Saworno Kusumaatmadja dan tokoh angkatan 66 lainnya.

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Bu Iyos yang Setia Menjaga Warisan Sang Suami

Dengan tirai penutup bagi penerbitannya, Mahasiswa Indonesia meninggalkan warisan berharga dalam bentuk catatan sejarah dan inspirasi perjuangan. Berbagai rubriknya yang membahas isu-isu aktual, seperti “Universitaria”, “Indonesiana”, dan “Dunia Kita”, menjadi sumber pengetahuan dan pemikiran yang berharga bagi generasi masa kini dan mendatang.

Melalui peristiwa sejarah Mahasiswa Indonesia, kita diingatkan akan pentingnya kebebasan berekspresi dan peran media dalam membentuk opini publik. Semoga dengan mengenangnya, kita dapat terus menjaga semangat perubahan dan kebebasan yang menjadi landasan bagi kemajuan bangsa.[]