Opini: Kiprah Santri untuk Negeri

Santri, sebutan yang tidak hanya menggambarkan mereka sebagai pelajar di pesantren, tetapi juga sebagai simbol pergerakan dan perjuangan bangsa. Ketaatan mereka terhadap ajaran Islam yang mendalam, dipadukan dengan semangat nasionalisme dan komitmen terhadap keadilan sosial, menjadikan santri sebagai salah satu elemen kunci dalam membangun kemajuan Indonesia.

Namun, siapa sebenarnya santri ini? Dari mana mereka berasal dan apa saja kontribusi luar biasa yang telah mereka berikan kepada bangsa ini? Santri tidak hanya hadir sebagai individu yang mendalami ilmu agama, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan negeri tercinta, menunjukkan bahwa perjuangan mereka tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial dan politik.Sejak zaman pra kemerdekaan, santri telah memainkan peran penting dalam perjalanan bangsa.

Menurut Djojonegoro (1994), kaum santri lahir dan dibentuk dalam lingkungan pesantren, yang merupakan sistem dan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren, yang muncul dari kearifan lokal nusantara, telah eksis selama berabad-abad, menjadi tempat di mana nilai-nilai moral dan etika dijaga dan ditransmisikan kepada generasi berikutnya.Di balik kehadiran santri, terdapat kisah-kisah heroik dan inspiratif yang sering kali terabaikan. Mereka bukan hanya pelajar, tetapi juga pejuang yang berani, yang dalam setiap langkahnya menyimpan harapan akan masa depan yang lebih baik. Dari pertempuran fisik melawan penjajahan hingga perjuangan dalam bidang pendidikan dan sosial, santri selalu hadir untuk memberikan warna dalam perjalanan bangsa Indonesia.Tapi, apa yang membuat pesantren begitu istimewa? Mengapa santri dapat berperan begitu signifikan dalam sejarah bangsa?

Jauh sebelum Indonesia merdeka, santri sudah berjuang mempertahankan tanah air dari para penjajah. Berbagai peristiwa sejarah mencatat aksi heroik para santri dalam berjuang dan berjihad mempertahankan tanah air dari para penjajah. Misalnya keterlibatan ribuan santri pada perlawanan di Sumatera Barat (1821-1828), Perang Jawa (1825-1830), Perlawanan di Barat Laut Jawa (1840 dan 1880), Perang Aceh pada 1873-1903 dan Perang Kedongdong Jawa Barat (1808-1819), serta peperangan-peperangan lainnya.

Peran santri tidaklah terhenti sampai di sana, pada persiapkan kemerdekaan kaum santri terlibat aktif di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam menjaga kemerdekaan republik, membangun fondasi negara Indonesia merdeka, hingga peran-peran mengisi kemerdekaan melalui keterlibatan langsung di pemerintahan dan parlemen. Tercatat dalam catatan sejarah, salah-satu santri yang juga putra dari K.H. Hasyim Asy’ari, yakni K.H. Wahid Hasyim, turut andil dalam pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) yang kedepannya menjadi tombak dari pembacaan proklamasi itu sendiri.

Baru saja merdeka, penjajah Belanda bersama sekutunya datang kembali ke tanah air untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia dari tangan Jepang yang kalah perang. Padahal Indonesia baru beberapa hari saja memproklamasikan kemerdekaanya. Hal ini tentu saja memanggil dan membangkitkan kembali semangat perjuangan setiap warga negara termasuk santri untuk mempertahankan kemerdekaan. K.H. Hasyim Asy’ari menggelorakan semangat perjuangan melalui “Resolusi Jihad” untuk mempertahankan kedaulatan dari tangan siapapun yang hendak merampasnya. Pekikan takbir Bung Tomo membahana di Surabaya mengobarkan semangat perlawanan, di Semarang pun demikian, peristiwa 10 November 1945 tersebut saat ini kita kenang sebagai Hari Pahlawan. Perang besar yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia tak terkecuali santri dengan jumlah ribuan berbondong-bondong menghadang kaum penjajah yang berniat busuk kedaulatan Republik Indonesia.

Catatan demi catatan sejarah bertinta emas memenuhi tulisan tentang kiprah santri untuk negeri. Lompat ke masa kini, kaum santri masih tetap berkontribusi besar dalam meneruskan perjuangan dan cita-cita para pejuang, para pahlawan dan pendiri bangsa dalam membangun Indonesia seluruhnya dan masyarakat seutuhnya. Apabila kita sebutkan secara terperinci, peran vital santri terhadap bangsa ini di antaranya:

Turut serta dalam mempertahankan tanah air, seperti yang telah penulis paparkan di awal tulisan, santri tidak pernah absen dan menjadi ujung tombak dalam mempertahankan tanah air dari sebelum merdeka, menjelang dan saat merdeka, serta pasca merdeka.

Melahirkan para pemimpin dan guru bangsa, hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa tokoh-tokoh nasional, cendekiawan, pejabat pemerintahan banyak di antara mereka yang berlatarbelakang santri

Mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini tidak akan lepas dari santri yang pada kesehariannya mereka senantiasa berkutat dengan ilmu, dalam waktu yang relatif lama dan panjang, mereka lalui dengan penuh kesungguhan, ketekunan dan kesabaran, sebagai bekal dan amunisi ketika terjun ke masyarakat dalam memberikan pencerahan.

Menjaga keutuhan bangsa dilandasi nilai-nilai keimanan dan sikap tasamuh (toleransi). Dengan keilmuan mumpuni, hal yang sangat kental dari santri adalah mereka mampu berkiprah di Tengah masyarakat sebagai kaum moderat, berpikir dan bertindak secara bijak, merangkul semua kalangan, yang semuanya bermuara pada sikap yang senantiasa menjunjung tinggi toleransi ditengah keberagaman.

Masih banyak peran lain santri terhadap negeri ini yang tidak dituliskan pada artikel ini. Pada intinya, besarnya peran dan kiprah santri ini telah menjadi dasar penetapan Hari Santri, melalui Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015, yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober. Keputusan tersebut merujuk pada peristiwa Resolusi Jihad yang dicetuskan K.H. Hasyim Asy’ari. Semoga peran santri senantiasa terjaga demi kemajuan bangsa, keutuhan Pembangunan dilandasi semangat persatuan, jangan sampai peran vital santri ini mengalami pergeseran atau kemunduran. Teruslah jaga kiprah santri bagimu negeri.

Selamat Hari Santri!

Dian Permana, Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Quran dan Tafsir STIQ As-Syifa Subang, Pengajar Al-Qur’an Program Mengaji Kab. Bandung dan Penulis Buku Islam for Children