OPINI: Memilih Pemimpin dalam Perspektif Al-Quran

Dalam Al-Quran Surat Al-Kahfi : 13, Allah SWT berfirman:
“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kissah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka”.

Tekstual tentang ayat di Atas Allah SWT bercerita tentang kissah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang memiliki komitmen kuat dalam kebaikan dan tidak tahan melihat kondisi jaman yang rusak, lalu mereka mencari petunjuk hingga masuk ke dalam sebuah gua, dan Allah tidurkan mereka beratus tahun lamanya.

Namun dalam kontekstualnya,. Ayat ini juga menjadi salah satu panduan bagi orang-orang yang beriman dalam memilih kepemimpinan yang akan mengurusi segala urusan mereka.

Islam sebagai agama universal/Kaffah (QS. Al-Baqoroh : 208) sangat memberikan perhatian serius terhadap kepemimpinan dan pentingnya memberikan arahan dalam memilih kepemimpinan. Karena Islam memandang bahwa memilih kepemimpinan bukan hanya sekedar sebuah proses demokrasi, tapi memilih kepemimpinan adalah langkah yang sangat strategis dalam menentukan hajat hidup masyarakat ke depan.

Hal pertama yang sangat menarik dari ayat surat Al-Kahfi di atas adalah, Allah SWT menyebut kalimat “Fityatun”, bentuk jamak dari kata ‘Fataa” yang artinya Pemuda.

Kata “Fityatun” (Pemuda) tersebut Allah SWT sebutkan secara khusus,. Karena Allah SWT sangat memberikan perhatian serius kepada generasi muda. Dan terbukti dalam sejarah ummat manusia dan bangsa Indonesia, para pemuda selalu memberikan peran terdepan dalam peradaban umat manusia. Manusia-manusia yang terpanggil dirinya untuk tampil mengusir penjajah, adalah kebanyakam para pemuda di jamannya.

Apalagi ke depan bangsa Indonesia akan mendapatkan “Bonus Demografis” di mana generasi muda (generasi milanial dan gen-z) akan mendominasi populasi penduduk. Otomatis tantangan kebutuhan generasi muda ke depan dengan karakternya yang khas, membutuhkan para pemimpin yang memahami karakter dan dinamika kehidupan mereka. Teknologi yang makin berkembang pesat yang menyesuaikan dengan realitas kebutuhan generasi muda, seperti era digital dan teknologi informatika yang semakin meluas, dan menjadi konsumsi harian generasi muda kita. Maka pengelolaan pemerintahan dan masyarakat ke depan haruslah mereka yang bagian dari generasi muda dan memahami arah pergerakan pemuda ke depan.

Kembali kepada kontekstual Surat Al-Kahfi : 13 di atas, secara inflisit Allah SWT memberikan arahan kriteria pemimpin yang baik:

Pertama: Pemimpin harus memiliki keimanan dan kedekatan yang kuat kepada Allah SWT (Aamanuu bi robbihim).

Kenapa iman menjadi sesuatu yang sangat penting dan krusial bagi seorang pemimpin. Karena keberkahan dalam mengelola pemerintahan hakikatnya datang dari Allah SWT (QS. Al-Arof:96). Sebagus apapun visi, misi dan strategi seorang pemimpin, jika Allah SWT tidak meridhoi maka tidak akan pernah menghadirkan kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat.

Iman nya seorang pemimpin akan berdampak besar terhadap masyarakatnya, bukan hanya akan menghadirkan berkah dari langit dan bumi, tapi iman ini juga yang akan membuat masyarakat menjadi aman dan nyaman dalam beraktifitas, serta menghadirkan kasih sayang dan cinta kasih di antara mereka (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur).

Masih teringat tentang kissah seorang Ulama besar nan sholeh, Abdurrahman, di jaman kekhalifahan Bani Umayyah. Saat pemerintahan dan rakyat nya mengalami kekeringan yang panjang, hingga menghabiskan makanan pokok mereka, sang Khalifah menyuruh ajudannya untuk mendatangi Syaikh tersebut dan meminta untuk memimpin sholat istisqo dan memimpin doa berjamaah dengan rakyatnya.

Sebelum mengiyakan Syaikh bertanya kepada ajudan tersebut ttg kebiasaan ibadah apa yang selalu dilakukan pemimpinnya? Ajudan menjawab, bahwa pemimpinnya setiap malam selalu bangun dan berdiri sholat begitu panjang dan selalu diakhiri dengan berdoa untuk rakyatnya dan menangis yang tak henti-hentinya.

Syaikh berkata, jika itu yang dilakukan oleh pemimpinmu, aku akan datang memenuhi permintaannya, lalu syaikh memimpin sholat istisqo dan berdoa, tak. Lama hujan pun turun begitu lebat yang menyuburkan kembali tanah-tanah yang kering.

Kesholehan seorang ulama akan menyatu dengan kuatnya iman dan ibadah seorang pemimpin, sehingga keberkahan itu Allah SWT turunkan sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Kedua : Pemimpin harus memilki ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan memadai (wa zidnaahum hudaa).

Kriteria kedua ini juga tidak kalah penting, bahkan menjadi pelengkap yang paling utama dari kriteria pertama. Jika pemimpin memilki iman dan ketakwaan yang kuat (Imtaq) lalu dilengkapi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat juga (Iptek) maka kesempurnaan Islam sebagai “Rahmatan lil alamin” akan menjelma dan dirasakan dengan nyata oleh ummat manusia.

Setiap jaman itu ada tantangannya masing-masing. Jika seorang pemimpin tidak memiliki ilmu yang mencukupi, maka dia tidak akan mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan tidak akn bisa menyelesaikan problematika yang terjadi di pemerintahan dan masyarakatnya. Ia justru akan banyak mengeluh dan menyalahkan situasi dan kondisi.

Mari kita tengok sejarah para Nabi dan Rasul Allah SWT.

Adalah saat Nabi Yusuf as. muda dipercaya untuk menjadi pemimpin Bani Israil di Mesir, ia berkata “Innii hafidzun alim” (Aku adalah orang yang mampu menjaga amanah dan memiliki ilmu pengetahuan). (QS. Yusuf: 55).

Atau tengoklah Nabi Daud as. muda, saat dipercaya oleh kaum nya Bani Isroil untuk menjadi pemimpin mereka. Allah SWT mengangkat Daud as. Karena : “Basthotan fil ilmi wal jismi” ( luas dalam ilmunya dan kuat fisiknya) . (QS. Al-Baqoroh : 247).

Dua kisah di atas hanya bagian kecil dari kissah-kissah yang banyak tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi bagi para pemimpin saat ia dipercaya menjadi pemimpin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi panduan bagi seorang pemimpin dalam membuat kebijakan pemerintahan yang akan memberikan kemaslahatan bagi rakyatnya.

Dua kriteria yang disebutkan oleh Allah SWT di atas hendaklah menjadi panduan utama bagi kita dalam memilih pemimpin ke depan. Jangan kembali kita terjebak dalam memilih pemimpin hanya sebatas kriteria yang tidak substantif, hanya karena polesan media atau tampil menjadi sosok kamuplase dalam balutan pencitraan.

Semoga tulisan sederhana ini menjadi lilin kecil yang bisa menerangi gelapnya pikiran kita karena kepentingan duniawi sesaat dalam memilih pemimpin.

Wallohu alam bisshowab.

Oleh : KH. Ade Sugianto SIP. SAN, penulis adalah Ketua Forum Masyarakat dan Lembaga-Lembaga Strategis/ FORMASI, Kabupaten Subang