40 Jenazah Korban Ambruknya Pesantren Al Khoziny Berhasil Diidentifikasi

Bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo ambruk. (Suparno/detikJatim)

SIDOARJO, TINTAHIJAU.com — Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur berhasil mengidentifikasi 40 jenazah korban ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, hingga Rabu (8/10/2025).

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Jatim, Kombes Mohammad Khusnan Marzuki, menyampaikan bahwa proses identifikasi dilakukan secara intensif sejak peristiwa tragis tersebut terjadi.

“Sampai dengan hari ini, tim gabungan telah berhasil mengidentifikasi total 40 korban dari 67 kantong jenazah di pos DVI,” ujarnya dalam keterangan yang disampaikan Rabu malam.

Dari hasil identifikasi, enam jenazah tambahan berhasil dikenali pada Rabu. Menurut Khusnan, seluruh korban yang telah teridentifikasi sejauh ini diduga merupakan santri Ponpes Al Khoziny.

“Sampai data ke-40 ini, tidak ada yang usianya tua. Artinya, usia-usia pendidikan pondok. Saya pikir ini hampir semua santri,” ungkapnya.

Tim DVI Polda Jatim masih melanjutkan proses identifikasi terhadap jenazah lain yang belum teridentifikasi melalui pemeriksaan ante mortem dan post mortem.

Peristiwa nahas itu terjadi pada Senin (29/9/2025) sore, saat para santri sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah. Bangunan musala tiba-tiba ambruk dan menimpa para santri yang berada di dalamnya.

Menurut data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), total korban dalam peristiwa ini mencapai 171 orang, terdiri atas 104 selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh (body part).

Polisi Usut Penyebab Ambruknya Ponpes

Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto menyatakan, pihaknya tengah mendalami penyebab runtuhnya bangunan tersebut. Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung dengan memeriksa sejumlah saksi.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 17 saksi, namun nantinya akan terus berkembang,” ujar Nanang dalam keterangannya, Rabu (8/10/2025).

Selain itu, Polda Jatim juga berencana memanggil pengurus Ponpes Al Khoziny serta sejumlah ahli untuk dimintai keterangan. Polisi juga akan segera menggelar perkara guna menentukan langkah hukum berikutnya, termasuk kemungkinan peningkatan status dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Peristiwa ini menyisakan duka mendalam bagi dunia pendidikan pesantren di Jawa Timur. Pemerintah daerah, aparat kepolisian, serta berbagai lembaga kemanusiaan masih terus memberikan bantuan dan dukungan bagi para korban serta keluarga yang ditinggalkan.