JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, menyoroti kondisi ekonomi masyarakat yang dinilainya semakin berat. Melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya, @aniesbaswedan, pada Jumat (24/10/2025), Anies menggambarkan suasana pasar yang sepi, cicilan yang makin berat, serta grup obrolan alumni yang kini dipenuhi pencarian informasi lowongan kerja.

Dalam video berdurasi beberapa menit itu, Anies menyoroti kenaikan upah pekerja yang menurutnya tidak sebanding dengan tingkat inflasi nasional. “Rata-rata upah kita naiknya tipis. Presiden bilang inflasi kita ini 2,3 persen, itu terendah di antara negara-negara G20. Masalahnya, upah kita naiknya cuma 1,8 persen,” ujarnya.
Menurut Anies, kondisi tersebut membuat daya beli masyarakat menurun. “Jadi ya masih kalah sama inflasi. Apalagi inflasi makanan malah justru makin tinggi. Pantas kalau banyak yang merasa apa yang ada di berita beda dengan apa yang ada di dompet,” katanya.
Anies menambahkan bahwa fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan realitas yang berbeda dari narasi optimistis pemerintah. “Di pasar sepi, cicilan makin berat, grup chat alumni isinya cari info loker. Nah, kita nggak usah takutlah lihat kenyataan dengan lengkap,” ucapnya.
Ia menilai keterbukaan data menjadi kunci penting agar publik dapat mendukung langkah pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas. “Kalau data dibuka dengan jujur dan lengkap, maka publik bisa dukung langkah pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja formal yang full time, yang bermartabat, serta melindungi pekerja informal supaya bisa naik kelas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anies menekankan bahwa tanggung jawab utama terhadap masalah pengangguran berada di tangan pemerintah. Namun, ia mengingatkan agar data yang disampaikan tidak ditutupi. “Tanggung jawab terbesar memang ada di pemerintah. Tapi kalau data ditampilkan hanya setengah-setengah, publik juga bingung. Mau dukung ke mana? Atau jangan-jangan Presiden juga tidak diberi data yang lengkap?” tuturnya sambil berisyarat dengan telunjuk di depan bibir.
Dalam video tersebut, Anies juga menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang sebelumnya menyebut tingkat pengangguran nasional saat ini merupakan yang terendah sejak krisis ekonomi 1998. “Bagus dong kalau begitu. Tapi kenapa obrolan sehari-hari kedengarannya malah sebaliknya: susah cari kerja, lowongan seret, PHK di mana-mana,” kata Anies.
Sebelumnya, Presiden Prabowo dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD RI pada 15 Agustus 2025 menyampaikan bahwa tingkat pengangguran nasional telah menurun signifikan. Ia juga menyoroti sejumlah program pemerintah yang bertujuan menciptakan jutaan lapangan kerja baru, seperti pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sanur sebagai pusat layanan medis internasional.
“Program cek kesehatan gratis sudah digunakan oleh lebih dari 18 juta warga. Sementara 66 rumah sakit di 66 kabupaten sedang kami tingkatkan kelasnya,” ujar Prabowo dalam pidato tersebut.
Meski demikian, komentar Anies memperlihatkan adanya jarak antara data makro pemerintah dan kenyataan sosial yang dirasakan sebagian masyarakat. Isu ini pun memantik kembali perdebatan publik mengenai efektivitas kebijakan ekonomi nasional di tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran.




