Balita di Sukabumi Meninggal Dunia Akibat Tubuh Dipenuhi Cacing Gelang

Ilustrasi cacing gelang (Foto: Facebook/Harry Welling)

SUKABUMI, TINTAHIJAU.com – Peristiwa memilukan terjadi di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Seorang balita bernama Raya mengembuskan napas terakhir setelah tubuh mungilnya dipenuhi cacing gelang. Kasus ini sekaligus menjadi peringatan serius mengenai bahaya penyakit akibat pola hidup dan kebersihan lingkungan yang kurang terjaga.

Raya pertama kali dilarikan keluarganya ke RSUD Syamsudin, Kota Sukabumi, pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB. Saat tiba di rumah sakit, balita berusia lima tahun itu sudah tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.

“Pasien datang dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat,” kata dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin, Selasa (19/8/2025).

Meski sempat diberi obat untuk menstabilkan kondisi, tim medis masih kesulitan menentukan penyebab utama penurunan kesadarannya. Hingga kemudian terjadi peristiwa mengejutkan: seekor cacing keluar dari hidung Raya saat dirawat di IGD. Temuan ini membuat dokter menduga adanya infeksi cacing.

Terungkap Alami Askariasis

Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan Raya menderita askariasis, yaitu infeksi yang disebabkan cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Cacing ini dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor.

“Telur cacing akan menetas di usus lalu berkembang menjadi larva. Dari sana bisa menyebar melalui aliran darah ke organ lain, bahkan otak, sehingga pasien bisa tidak sadar,” jelas Irfan.

Dokter juga menuturkan bahwa cacing kerap ditemukan di paru-paru sebelum keluar melalui saluran napas, mulut, atau hidung. Dalam kasus Raya, jumlah cacing yang sangat banyak membuat kondisinya semakin memburuk.

Lingkungan dan Faktor Penyerta

Dari hasil penelusuran, keluarga Raya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya. Sehari-hari, balita itu sering bermain di tanah tanpa alas kaki, kondisi yang meningkatkan risiko infeksi.

Yang memperparah, diduga Raya juga mengalami komplikasi tuberkulosis meningitis. Kedua orang tuanya diketahui sedang menjalani pengobatan TB paru. “Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB,” ujar Irfan.

Nyawa Tak Terselamatkan

Sayangnya, upaya medis tidak mampu menyelamatkan nyawa Raya. Kondisinya yang sudah kritis sejak awal membuat obat cacing tidak lagi efektif.

“Pasien sudah dalam kondisi terminal saat tiba di rumah sakit. Obat yang diberikan tidak bisa bekerja optimal. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB,” tambah Irfan.

Kesaksian Keluarga

Keluarga Raya masih diliputi duka mendalam. Edah, kerabat korban, mengaku menyaksikan sendiri cacing keluar dari hidung sang balita. Sementara itu, Sarah, bibi yang ikut mengasuh Raya, mengatakan sehari sebelum jatuh sakit, Raya masih sempat bermain dengan anak-anak lain.

“Kami baru tahu tubuhnya dipenuhi cacing setelah meninggal. Sehari-hari memang sering main di tanah atau di dapur, makanya mungkin cacing bisa masuk,” tutur Sarah.

Kasus ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat mengenai bahaya penyakit akibat infeksi parasit. Kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat, terutama pada anak-anak, harus menjadi perhatian serius agar kejadian serupa tidak terulang.