Bjorka Ditangkap Polisi tapi Akun Masih Aktif, Warganet Ragukan Penangkapan

Tersangka WFT yang diduga hacker 'Bjorka' ditangkap Polda Metro Jaya. (Detikcom/Wildan)

CIREBON, TINTAHIJAU.com Penangkapan hacker kontroversial Bjorka oleh Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya pada Kamis (2/10/2025) malam menimbulkan gelombang perdebatan di media sosial. Pasalnya, beberapa jam setelah pengumuman penangkapan, akun Instagram yang diklaim milik Bjorka masih aktif mengunggah story baru yang justru menyanggah kabar tersebut.

Kondisi ini memicu keraguan publik terhadap keaslian pelaku yang ditangkap polisi. Terlebih, muncul dugaan kebocoran data baru dari Badan Gizi Nasional yang diklaim dilakukan oleh Bjorka sesaat setelah berita penangkapan beredar.

Warganet Bertanya-tanya: Siapa yang Sebenarnya Ditangkap?

Di platform X (sebelumnya Twitter), berbagai reaksi bermunculan sejak Jumat (3/10/2025). Banyak pengguna mengekspresikan kebingungan dan kecurigaan mereka terhadap proses penangkapan tersebut.

“Ketika Bjorka up story IG, lalu siapa yang ditangkap???” tulis akun @Opposisi6890 yang langsung mendapat ratusan like dan repost.

Pengguna lain, @baratieee_, menulis, “Soal hengker Bjorka yang ketangkap itu, feeling gw sih cuma pengalihan isu. Yakin gw bukan hengker Bjorka asli itu.”

Tak sedikit pula yang meragukan kemampuan tersangka yang disebut polisi. “Kalau bener dia Bjorka, suruh jelaskan soal cyber security ke publik. Karena hacking gak semudah itu,” tulis @raenovaldy_.

Pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, juga menanggapi melalui akun pribadinya @secgron. Ia menyebut bahwa pelaku yang ditangkap bukan sosok Bjorka yang dikenal publik.

“Polisi dengan pedenya bilang kalau mereka nangkap Bjorka terus konpers seakan-akan yang ditangkap itu kasus yang wah banget. Padahal yang ditangkap itu cuma bocah yang selama ini ngaku-ngaku jadi Bjorka,” tulis Teguh, yang unggahannya disukai lebih dari 1.500 pengguna.

Kronologi Penangkapan WFT

Dilansir dari detiknews, polisi menangkap seorang pria berinisial WFT (22) asal Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, yang mengaku sebagai hacker Bjorka.

Penangkapan dilakukan pada Selasa (23/9/2025), setelah penyelidikan selama enam bulan atas laporan kebocoran data dari sebuah bank swasta nasional. WFT diduga mengakses dan mengunggah data 4,9 juta nasabah ke media sosial X melalui akun @bjorkanesiaa. Ia bahkan sempat mengirim pesan ke akun resmi bank tersebut untuk mengklaim keberhasilannya meretas.

“Pelaku adalah pemilik akun media sosial X dengan nama Bjorka dan @bjorkanesiaa,” kata Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak.

Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menambahkan bahwa tersangka sudah aktif di dark web sejak 2020. “Pelaku mengeksplor berbagai forum gelap tempat jual beli data,” ujarnya.

Sementara itu, Kasubdit IV Siber, AKBP Herman Edco, mengungkap bahwa selain data perbankan, WFT juga memiliki akses terhadap data sektor kesehatan dan perusahaan swasta. Data tersebut dijual dengan harga mencapai puluhan juta rupiah.

“Motif pelaku adalah pemerasan, meski belum sempat terjadi. Barang bukti berupa komputer dan ponsel sudah kami amankan,” jelas Herman.

Kini, WFT ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 46 jo Pasal 30 serta Pasal 48 jo Pasal 32 dan Pasal 51 ayat (1) jo Pasal 35 Undang-Undang ITE, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Misteri Identitas Bjorka Masih Menggantung

Meski polisi menegaskan bahwa WFT adalah sosok di balik akun Bjorka, aktivitas terbaru di media sosial justru memperkuat dugaan bahwa ada lebih dari satu orang yang menggunakan identitas tersebut.

Dalam unggahan terbarunya di Instagram, akun yang mengaku sebagai Bjorka menulis bahwa ia “tidak pernah ditangkap” dan menyebut pihak berwenang “menangkap orang yang salah.”

Peristiwa ini kembali membuka perdebatan lama tentang siapa sebenarnya sosok Bjorka — apakah individu tunggal, kelompok terorganisir, atau sekadar identitas kolektif yang digunakan banyak pihak untuk tujuan tertentu.

Sementara itu, pihak kepolisian menegaskan penyelidikan masih berlanjut untuk melacak jaringan di balik aktivitas siber yang menggunakan nama Bjorka.