Dua Jurus Jitu PHE ONWJ Atasi Abrasi di Pantura Subang, Setahun Sukses Terjadi Sedimentasi Hingga 20 Meter

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Abrasi yang terjadi di kawasan Pantura Subang menjadi masalah serius. Sudah puluhan hektare daratan di ujung laut Utara Subang tergerus abrasi.

 

Masalah ini mengundang Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) untuk berkontribusi dalam penanganan abrasi di Pantura ini.

 

Bersama Kelompok Kerja Pemberdayaan masyarakat Pesisir (KKMP) melakukan upaya penanganan abrasi tepatnya  di Pulau Burung, Desa Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Subang.

 

Dua program yang diluncurkan PHE ONWJ untuk menekan abrasi ini dengan gencar melakukan penanaman ribuan pohon Mangrove dan memasang Alat Pemecah Ombak (APO).

 

APO ini merupakan alat dengan tumpukan ban kendaraan roda empat yang memanjang di pesisir laut. Ratusan ban tersebut untuk menghalau ombak yang menjadi pemicu abrasi. Dalam setahun ini, APO ini berhasil membuat sedimentasi sekitar 20 meter ke bibir pantai

 

“Hasilnya cukup efektif menghalau ombak, sangat efektif membangun sedimentasi. asalnya kita ini garis pantai, sekarang bisa kita injak,” kata Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan.

 

APO yang merupakan program CSR atau tanggung jawab sosial dan Lingkungan ini tidak hanya diterapkan di Mayangan, tetap juga di sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat, di antaranya Bekasi dan Indramayu

 

“Program ONWJ yang kita terapkan di beberapa tempat, salah satunya di Mayangan ini dari tahun 2014, kita dengan masyarakat, permasalahan atau isu apa yang ada di masyarakat yang bisa kita bantu,” kata Ery.

 

Ketua KKMP, Agus Supriatna mengatakan, kondisi abrasi di Kawasan Pulau Burung ini sudah di ambang memprihatinkan. Dari puluhan daratan, tersisa sekitar 4 hektar yang masih berupa daratan.

 

“Awalnya lahan ini sekitar 2 hektaran, sekarang alhamdulillah sudah 4-5 hektare lagi dari hasil APO ini. Setahun bisa 20-30 meteran penambahan sedimentasi dari APO ini,” kata Agus.

 

Agus mengatakan, abrasi di daerah Mayangan tersebut terjadi sejak 2007 lalu. Lahan Pulau Burung yang semula menjadi penghasilan ekonomi masyarakat setempat, akhirnya ditinggalkan warga karena kondisinya tidak memungkinkan

“Ke depan berharap, APO ini bisa lebih diperbanyak lagi, sehingga masyarakat Mayangan bisa kembali lagi memanfaatkan lahan ini,” kata Agus.