GARUT, TINTAHIJAU.com — Peristiwa tragis terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, ketika kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa berujung pada ledakan dahsyat yang menewaskan 13 orang. Empat di antaranya adalah anggota TNI AD, sedangkan sembilan lainnya merupakan warga sipil. Insiden ini mengguncang masyarakat setempat dan menyisakan duka mendalam serta berbagai tuntutan dari warga.
Trauma dan Tuntutan Warga
Kepala Desa Sagara, Alit Saripudin, menyampaikan bahwa warga mengalami trauma mendalam pasca ledakan. Mereka meminta agar aktivitas pemusnahan amunisi dihentikan secara permanen di wilayah tersebut. Alasan utamanya adalah semakin padatnya pemukiman penduduk di sekitar lokasi peledakan, sehingga risiko keselamatan semakin tinggi.
“Mohon ditutup selamanya aktivitas peledakan di area tersebut,” ujar Alit.
Harapan atas Pemenuhan Hak Korban
Selain penghentian aktivitas peledakan, masyarakat juga meminta agar hak-hak keluarga korban diperhatikan, termasuk jaminan pendidikan bagi anak-anak yang ditinggalkan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berkomitmen memberikan santunan sebesar Rp 50 juta untuk pemulasaraan jenazah, serta menanggung biaya hidup dan pendidikan anak-anak korban yang belum menikah.
Warga juga menginginkan adanya rehabilitasi lingkungan, mengingat lokasi kejadian termasuk kawasan konservasi BKSDA yang kini rusak akibat ledakan.
Duka Mendalam Keluarga
Kematian para korban menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Uus Sutiana, sepupu dari korban bernama Dadang Iis, mengaku sangat terpukul karena kehilangan sosok yang dikenal baik dan sosial.
Di sisi lain, Wanti, istri dari korban Anwar Munawar, tampak terus menangis selama prosesi pemakaman suaminya di Desa Jatimulya, Kecamatan Pameungpeuk. Warga dan kerabat ramai mengantar jenazah sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Lokasi dan Keamanan TKP
Tempat kejadian berada sekitar 680 meter dari Jalan Raya Lintas Selatan, dekat pesisir pantai. Jika ditempuh dari pusat kota Garut, jaraknya mencapai 108 kilometer atau sekitar lima jam perjalanan.
Meski terdapat papan peringatan larangan masuk karena area tersebut digunakan sebagai lokasi penghancuran amunisi, ledakan tetap menimbulkan korban karena adanya aktivitas warga di sekitar lokasi untuk berkebun. Permukiman terdekat berada sekitar satu kilometer dari titik ledakan.
Dari pantauan citra satelit, tampak lubang-lubang besar berbentuk bulat di lokasi kejadian, yang diyakini sebagai tempat peledakan amunisi. Jalan menuju lokasi masih bisa diakses dengan kendaraan roda empat melalui jalur tanah.
Investigasi Masih Berlangsung
Hingga saat ini, pihak Kodam III Siliwangi masih melakukan investigasi mendalam terhadap insiden tersebut. Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Dadang Arif Abdurahman, menyatakan bahwa timnya masih bekerja di lapangan untuk mengungkap penyebab pasti ledakan.
“Masih diinvestigasi, belum selesai. Tim masih bekerja,” kata Dadang.





