KBB, TINTAHIJAU.com – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) tengah mematangkan rencana pengembangan sentra peternakan sapi perah di wilayah selatan, khususnya Kecamatan Gununghalu. Langkah ini dilakukan untuk mendorong peningkatan produksi susu sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah yang dinilai memiliki potensi agribisnis tinggi.
Kepala Dispernakan KBB Wiwin Apriantri mengatakan, kajian awal menunjukkan bahwa Gununghalu memiliki karakteristik geografis dan iklim yang sangat menunjang pengembangan peternakan sapi perah. Selain itu, wilayah ini dinilai strategis untuk pemerataan ekonomi antara wilayah selatan dan utara Bandung Barat.
“Kita tahu kemarin tim konsultan meneliti kecocokan lokasi di Gununghalu. Hasilnya cukup baik, bukan hanya dari aspek teknis peternakan, tetapi juga lingkungan dan kesiapan sosial masyarakatnya,” ujar Wiwin, Kamis (13/11).
Menurutnya, Dispernakan tidak hanya menyiapkan konsep teknis pengembangan, tetapi juga memastikan keterlibatan warga lokal, khususnya kelompok ternak yang sudah terbentuk. Pendekatan sosial-ekonomi menjadi salah satu fokus agar program dapat berjalan berkelanjutan.
Ramah Lingkungan dan Berorientasi Ekonomi
Wiwin menegaskan bahwa model pengembangan yang dirancang akan mengedepankan konsep peternakan ramah lingkungan. Limbah kotoran sapi akan diolah menjadi pupuk organik sehingga memberi nilai tambah bagi peternak.
“Konsepnya, minimal limbah tidak kembali ke masyarakat. Pengolahan limbah itu wajib, dan kita sudah siapkan.”
Selama ini, Bandung Barat dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu di Jawa Barat. Namun, produksi masih terkonsentrasi di wilayah utara seperti Lembang, Parongpong, dan Cisarua. Dengan dibukanya sentra baru di Gununghalu, pemerintah berharap distribusi ekonomi dapat lebih merata.
Populasi Sapi Bertambah
Berdasarkan data Dispernakan KBB, populasi sapi perah di Bandung Barat telah mencapai 21.856 ekor. Seluruhnya berkontribusi pada produksi susu yang kini mencapai rata-rata 145 ton per hari. Pemerintah optimistis produksi dapat meningkat melalui skema sirkulasi ekonomi yang lebih merata dan penambahan populasi di wilayah selatan.
“Kita ingin selatan tidak hanya menjadi daerah pemukiman, tetapi juga pusat ekonomi baru melalui peternakan sapi perah,” kata Wiwin.
Program ini diharapkan mulai berjalan bertahap setelah seluruh kajian teknis dan sosial rampung, termasuk pembangunan fasilitas serta pelatihan peternak setempat.






