Guru Agama di Cimahi Diduga Lecehkan Siswi, Sekolah Beri Pendampingan Psikologis

CIMAHI, TINTAHIJAU.com – Dunia pendidikan di Kota Cimahi, Jawa Barat, kembali tercoreng. Seorang guru honorer di salah satu SMK negeri diduga melakukan pelecehan seksual terhadap siswinya sendiri. Ironisnya, pelaku yang berinisial TN itu merupakan pengajar mata pelajaran agama.

Kasus ini mencuat ke publik setelah seorang teman korban melapor ke pihak sekolah. Laporan tersebut kemudian viral di media sosial dan mendorong pihak sekolah melakukan klarifikasi serta pemeriksaan internal terhadap TN.

“Awalnya teman korban melapor ke sekolah, kemudian viral di media sosial. Setelah dilakukan pemeriksaan, yang bersangkutan mengakui perbuatannya dan memutuskan mengundurkan diri,” kata Ade Sudrajat, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Kamis (6/11).

TN yang telah mengajar sejak 2017 itu resmi mundur dari jabatannya sebagai guru honorer per 3 November 2025.

Dilecehkan Lewat WhatsApp

Bentuk dugaan pelecehan yang dilakukan TN kepada korban terjadi melalui pesan WhatsApp. Dalam percakapan tersebut, pelaku mengirimkan kalimat bernada tak senonoh kepada siswi yang diajarinya.

“Seperti yang beredar di media sosial, namun kami tegaskan bahwa pelaku sudah bukan bagian dari sekolah ini,” ujar Ade menegaskan.

Satu Korban Teridentifikasi

Hingga kini, pihak sekolah baru memastikan satu siswi sebagai korban. Meski di media sosial muncul sejumlah akun yang mengaku pernah menjadi korban, pihak sekolah belum bisa memastikan kebenarannya.

“Terkait unggahan di media sosial, kami akan verifikasi lebih lanjut apakah benar mereka merupakan siswi kami atau bukan,” jelas Ade.

Sekolah Siapkan Trauma Healing

Sebagai langkah lanjutan, pihak sekolah menyiapkan pendampingan trauma healing bagi korban melalui tim bimbingan konseling (BK). Selain itu, sekolah juga berkomitmen memperketat pengawasan terhadap interaksi antara guru dan siswa.

“Pendampingan psikologis sudah kami siapkan dan pengawasan akan diperketat agar kejadian seperti ini tidak terulang,” pungkas Ade.

Kasus ini menjadi pengingat keras bagi dunia pendidikan bahwa integritas dan etika guru harus dijaga, terlebih bagi mereka yang menjadi teladan moral di sekolah.