JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 5 persen pada Selasa, 18 Maret 2025. Ekonom Keuangan dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee menilai bahwa penurunan ini disebabkan oleh kombinasi sentimen global dan domestik yang menekan pasar saham Indonesia.
Sentimen Global: Perang Dagang Meningkatkan Risiko Resesi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan anjloknya IHSG adalah perang dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Kebijakan perdagangan yang diambil oleh Presiden Donald Trump dinilai memperburuk kondisi ekonomi global. Tidak hanya ancaman tarif, tetapi realisasi kebijakan proteksionisme menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia.
“Perang dagang Donald Trump berdampak negatif, bukan hanya sebatas ancaman tarif, tetapi juga implementasinya yang memperburuk kondisi ekonomi. Negara-negara yang saling membalas kebijakan tarif meningkatkan risiko resesi global,” ungkap Hans Kwee. Ia juga menambahkan bahwa indeks Dow Jones mengalami penurunan sebagai dampak dari ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh perang dagang tersebut.
Sentimen Domestik: Defisit Anggaran dan Kekhawatiran Investor
Di dalam negeri, investor bereaksi negatif terhadap defisit anggaran yang mencapai Rp31 triliun hingga akhir Februari 2025. Kekhawatiran muncul karena program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto membutuhkan dana besar, sementara penerimaan negara dari pajak justru mengalami penurunan.
Hans menjelaskan bahwa defisit ini sebagian besar disebabkan oleh lemahnya implementasi sistem perpajakan Coretax. Data menunjukkan bahwa penerimaan pajak RI dalam dua bulan pertama 2025 turun drastis sebesar 30,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir Februari 2025, penerimaan pajak hanya mencapai Rp187,8 triliun, turun dari Rp269,02 triliun pada Februari 2024.
Selain itu, investor asing juga mencermati kebijakan terkait Danantara, konsorsium BUMN yang dikhawatirkan akan mendapat penugasan yang berpotensi menekan profitabilitas perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalamnya. Namun, Hans menilai kekhawatiran ini tidak beralasan, karena Danantara diyakini tidak akan memberikan tugas yang merugikan anggotanya.
Isu Mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani
Faktor lain yang turut memengaruhi pasar adalah rumor mengenai mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani setelah Lebaran. Meski demikian, Hans menilai bahwa dampak penurunan IHSG ini bersifat sementara dan tidak akan berlangsung lama.
“Biasanya, setelah pelemahan yang cukup dalam, IHSG akan kembali rebound karena banyak investor yang menjual saham mereka akibat margin yang menipis,” jelasnya.
Respon Pemerintah dan Prospek Pemulihan Pasar
Pemerintah dan otoritas pasar modal telah merespons situasi ini dengan cukup baik. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama DPR telah mengadakan konferensi pers untuk menenangkan pasar. Selain itu, Sri Mulyani dijadwalkan memberikan keterangan resmi pada Selasa sore.
Hans menegaskan bahwa hingga saat ini, dampak dari trading halt yang dilakukan BEI belum terasa secara signifikan terhadap pasar keuangan. Namun, jika pelemahan IHSG terus berlanjut, investor asing dapat melihat prospek ekonomi Indonesia sebagai kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga stabilitas pasar agar IHSG dapat segera rebound.
Dengan adanya langkah-langkah antisipatif dari pemerintah dan pelaku pasar, diharapkan IHSG dapat kembali menguat dalam waktu dekat dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.