JAKARTA, TINTAHIJAU com – Tren jumlah pemudik pada Lebaran 2025 mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang dirilis pada Selasa (1/4/2025), tercatat sekitar 146,48 juta orang melakukan perjalanan mudik pada Idulfitri 1446 Hijriah. Jumlah ini turun sekitar 24 persen dibandingkan musim mudik tahun lalu yang mencapai 193,6 juta orang.
Menanggapi hal ini, peneliti dari Institut Studi Transportasi (INSTRAN), Ki Darmaningtyas, memberikan analisisnya. Ia menyebut bahwa penurunan jumlah pemudik tidak disebabkan oleh kebijakan Work From Anywhere (WFA), melainkan karena faktor efisiensi anggaran dan cuaca ekstrem.
“Penurunan ini bukan karena kebijakan memperpanjang masa libur seperti WFA, tapi karena memang jumlah pemudik secara umum menurun,” ujar Darmaningtyas dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.tv, Kamis (3/4/2025).
Ia mencontohkan kondisi di beberapa daerah tujuan mudik, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baik di Kota Yogyakarta maupun Kabupaten Gunungkidul. Biasanya wilayah ini dipenuhi kendaraan pribadi berpelat non-AB saat musim mudik, namun tahun ini justru terlihat lebih lengang.
Data dari PT Jasa Marga (Persero) menunjukkan adanya penurunan jumlah kendaraan yang melintasi sejumlah gerbang tol utama di Jawa Barat seperti Tol Ciawi 1, Cikampek Utama 1, Kalihurip Utama 1, dan Cikupa. Pada H-5 hingga H-1 Lebaran 2024, tercatat 1.045.330 unit kendaraan, sementara pada periode yang sama di 2025 turun menjadi 1.004.348 unit, atau berkurang sebanyak 40.982 kendaraan.
Namun demikian, puncak arus mudik tetap terjadi pada H-3. Menariknya, pada tahun ini jumlah kendaraan di H-3 meningkat dari 231.511 (2024) menjadi 255.027 (2025). Darmaningtyas menilai bahwa hal ini menunjukkan bahwa kebijakan WFA tidak terlalu berdampak besar, justru libur yang dimulai lebih awal berpengaruh terhadap pergerakan pemudik.
Ia memaparkan bahwa pergerakan kendaraan pada H-10 meningkat dari 93.568 unit (2024) menjadi 161.893 unit (2025). Begitu juga pada H-9 yang naik dari 116.579 unit menjadi 166.948 unit.
Darmaningtyas juga menyoroti penurunan pada moda transportasi laut. Di Pelabuhan Merak, Banten, yang menghubungkan ke Sumatra, tercatat 225.637 kendaraan roda empat menyeberang selama mudik Lebaran 2024 (periode H-10 sampai H). Sementara pada 2025, jumlahnya turun sedikit menjadi 225.400 unit, atau turun 0,1 persen. Meski demikian, jumlah penumpang justru meningkat 3 persen, dari 859.521 orang (2024) menjadi 885.828 orang (2025).
Menurutnya, efisiensi anggaran menjadi salah satu penyebab utama menurunnya minat masyarakat untuk mudik. Hal ini terutama dirasakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) muda yang masih memiliki beban cicilan rumah dan kendaraan. Karena dalam tiga bulan terakhir mereka tidak mendapat tambahan penghasilan dari perjalanan dinas, kegiatan seremonial, atau konsultansi, mereka memilih untuk menghemat dan tidak mudik.
“Banyak ASN muda lebih memilih mengalokasikan penghasilan mereka untuk membayar cicilan rumah dan kendaraan, ketimbang digunakan untuk mudik,” tambahnya.
Darmaningtyas juga menyoroti pengaruh cuaca ekstrem terhadap minat mudik, terutama pada kelompok lanjut usia (lansia). Berita mengenai cuaca buruk kerap mempengaruhi keputusan mereka untuk bepergian.
Sementara itu, di sektor swasta, kondisi ekonomi juga turut memengaruhi. Banyak perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tempat-tempat hiburan kehilangan pengunjung.
“Akibat menurunnya kesejahteraan, banyak karyawan lebih memilih berhemat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, daripada memaksakan diri untuk mudik,” tutup Darmaningtyas.