Keluarga Korban Ponpes Buduran Bertahan di Posko, Doa dan Harapan Tak Pernah Padam

Bangunan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo ambruk. (Suparno/detikJatim)

SIDOARJO, TINTAHIJAU.com – Setiap detik menjadi ujian berat bagi keluarga santri korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Buduran, Sidoarjo. Enam hari pascakejadian, doa dan harapan terus dipanjatkan agar anggota keluarga mereka bisa ditemukan, hidup maupun telah berpulang.

Sejumlah keluarga masih bertahan di Posko Basarnas, menatap layar CCTV yang menyiarkan proses evakuasi secara langsung. Mereka menunggu dengan penuh cemas setiap kali petugas menemukan korban baru dari tumpukan reruntuhan bangunan pesantren.

Tak jarang, emosi keluarga korban memuncak. Beberapa di antaranya nekat mendekati area pencarian, bahkan memohon agar diperbolehkan membantu tim SAR mencari sanak keluarganya. “Kami hanya ingin mereka segera ditemukan, apa pun kondisinya,” ujar salah satu kerabat korban dengan mata sembab.

Di sisi lain, sebagian keluarga memilih berjaga di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, tempat identifikasi korban dilakukan. Salah satunya Risma, warga asal Sampang, Madura, yang menunggu kabar tentang adik dan adik sepupunya. Ia mengaku telah pasrah dengan segala kemungkinan.
“Saya ikhlas kalau mereka ditemukan dalam keadaan meninggal. Yang penting bisa kami bawa pulang dan dimakamkan dengan layak,” ucapnya lirih.

Hingga Sabtu (4/10/2025) sore, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mencatat sebanyak 121 korban berhasil dievakuasi, 17 di antaranya meninggal dunia, sementara puluhan lainnya masih dinyatakan hilang.

Upaya pencarian terus dilakukan siang dan malam oleh tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan. Di tengah puing-puing beton dan debu reruntuhan, kesabaran para keluarga korban menjadi simbol keteguhan dan cinta yang tak tergoyahkan — menanti kepastian, di antara harapan dan duka yang belum berakhir.