Kisah Pilu Remaja Sukabumi yang Terpaksa Putus Sekolah Akibat Penyakit Langka

Muhammad Abi Rahman Saputra (19) remaja asal Desa Margaluyu, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi yang mengalami penyakit langka (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).

SUKABUMI, TINTAHIJAU.com – Di tengah semangat remaja seusianya mengejar pendidikan dan cita-cita, Muhammad Abi Rahman Saputra (19), pemuda asal Desa Margaluyu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, justru harus berjuang menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Abi menderita osteogenesis imperfecta, sebuah penyakit langka yang menyebabkan kerapuhan tulang, membuatnya hanya bisa terbaring di kasur selama bertahun-tahun.

Abi adalah anak sulung dari pasangan Yudi (44) dan Rina (38). Kondisinya yang semakin memburuk memaksanya berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas 9 SMP PGRI Sukaraja, hanya tiga bulan sebelum kelulusan. Tidak seperti anak lain seusianya, Abi tidak bisa berjalan, dan tubuhnya mengalami pembengkakan di paha hingga punggung. Bahkan, untuk berpindah tempat, ia harus merangkak karena tulang punggungnya terasa sangat nyeri saat duduk terlalu lama.

Ibunda Abi, Rina, tak kuasa menahan air mata saat menceritakan perjuangan sang anak. Abi sempat menunjukkan perkembangan normal di usia dini dan bahkan lebih aktif dari anak seusianya. Namun, memasuki usia 2–3 tahun, ia mulai terlihat cepat lelah saat berjalan dan diketahui kakinya tidak sejajar. Di usia 15 tahun, kondisi Abi semakin parah setelah terpeleset di masjid usai berwudu yang menyebabkan tulangnya patah dan ia kehilangan kemampuan berjalan.

Pihak keluarga telah berupaya keras mencari pengobatan terbaik bagi Abi. Ia sempat dirawat di RSUD Syamsudin Kota Sukabumi, dirujuk ke RSHS Bandung, hingga RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Namun, karena kendala biaya, pengobatan tersebut terpaksa dihentikan. Meski semangat Abi untuk sembuh masih tinggi, keterbatasan ekonomi keluarga menjadi hambatan besar. Ayah Abi hanya mengandalkan pendapatan dari berjualan mie ayam, yang hasilnya tidak menentu.

“Kalau harus diamputasi pun dia sudah ridho, yang penting tidak menyusahkan orang tua dan bisa hidup mandiri,” ujar Rina dengan lirih.

Dokter penanggung jawab di Puskesmas Sukaraja, Imam Fauzi Jamal, menyatakan bahwa penyakit yang diderita Abi tergolong langka dan disebabkan oleh faktor genetik. Abi bahkan disebut mengalami salah satu kasus paling rumit dari penyakit langka ketiga di Indonesia. Untuk diagnosis lebih lanjut, dokter menyarankan tes laboratorium ke Jerman, yang tentunya memerlukan biaya mandiri.

Pemeriksaan medis terhadap Abi pun sudah cukup lengkap, mulai dari rontgen, CT scan, MRI, hingga USG tulang. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan kepadatan tulang yang tidak sesuai dengan usianya. Abi sempat dijadwalkan menjalani operasi di RS Cipto Mangunkusumo, namun lagi-lagi tertunda akibat kondisi fisiknya yang belum stabil serta kendala biaya yang tak dapat ditanggung seluruhnya oleh BPJS.

Kini, dokter terus memantau perkembangan kesehatan Abi sambil menunggu proses pemadatan tulang sebelum tindakan operasi dapat dilakukan. Pihak Puskesmas Sukaraja juga berharap ada bantuan dari yayasan atau donatur untuk meringankan beban pengobatan Abi.

“Kondisinya masih stabil dan semangat hidupnya luar biasa. Kami akan terus berupaya agar Abi mendapatkan penanganan terbaik,” tutup Imam.

Kisah Abi adalah cerminan perjuangan dan harapan yang belum padam, meski di tengah keterbatasan. Orang tua Abi berharap akan ada perhatian lebih dari pemerintah maupun para dermawan agar putra mereka bisa kembali menatap masa depan dengan senyum dan harapan baru.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini