Sentil Cawapres Soal IKN, Dedi Mulyadi: KDM: Bapak Ini Lagi Lucu-lucunya

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur mendapat menjadi perbincangan hangat dalam Pilpres 2024 kali ini. Bahkan ada calon yang kini tak setuju ibu kota pindah dari Jakarta.

Kang Dedi Mulyadi (KDM) menilai saat ini ada kritik yang paling lucu dilontarkan oleh salah seorang Cawapres terkait pembangunan IKN tersebut.

“Yang paling lucu itu sekarang ada salah satu kandidat Cawapres bilang ‘lagi enak di Jakarta tiba-tiba disuruh ke hutan’, artinya lagi enak ibu kota di Jakarta malah disuruh pindah k IKN,” ucap KDM.

Menurutnya jika pernyataan tersebut dilontarkan oleh oposisi Presiden Joko Widodo hal tersebut sah saja. Sebab sebagai oposisi memiliki tugas menguliti dan mengkritisi pemerintahan.

Tetapi, kata KDM, yang menjadi lucu saat ini adalah pernyataan tersebut diungkapkan oleh seorang Cawapres juga pimpinan partai politik yang ada dalam lingkaran pemerintahan.

Begitu pun saat undang-undang IKN disetujui partai yang mengusung Cawapres tersebut setuju. Padahal jika memang tidak setuju bisa menolak, kalaupun kalah voting bisa menunjukkan sikap dengan walk out.

“Pernyataannya bukan dilatarbelakangi cara berpikir akademis original tapi murni kepentingan politik hari ini. Dulu ikut mengesahkan undang-undang sekarang tolak IKN, Bapak ini lagi lucu-lucunya,” ujarnya.

Pria yang juga Caleg Partai Gerindra Dapil VII nomor urut 1 ini mengatakan, saat ini Jokowi identik dengan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sehingga calon lain berusaha menjadi oposisi seperti yang melontarkan pernyataan tersebut.

“Tapi dalam posisi oposisi nyatanya menterinya saudaranya sendiri, kader partainya juga. Dari sini saya menyampaikan masyarakat bisa melihat dari sisi kecerdasan, ideologi dan etika dalam berpolitik,” ucapnya.

Sehingga KDM berulang menyampaikan pada tingkat kehidupan masyarakat hari ini Pilpres sebenarnya adem-adem saja. Ia berharap masyarakat jangan terbawa emosi oleh gaya elit yang seolah berkonflik.

Masyarakat tak perlu larut dalam konflik elit sebab hari ini berbeda zaman karena tak ada pergulatan ideologis, yang ada hanya kepentingan partai berdasarkan pada kepentingan dirinya sendiri.

“Yuk kita jalani Pilpres ini dengan riang gembira jangan membawa masyarakat pada arah konflik dan pertikaian karena pada akhirnya itu hanya akan merugikan rakyat Indonesia,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.