JAKARTA, TINTAHIJAU.com – PT Sri Rejeki Isman (PT Sritex) resmi menutup pabriknya pada Sabtu (1/3/2025), yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap ribuan karyawan. Keputusan ini diambil setelah perusahaan tekstil besar tersebut dinyatakan pailit. Berbagai pihak pun merespons kejadian ini, mulai dari manajemen perusahaan, pemerintah, hingga para mantan karyawan yang terdampak.
Kesedihan Dirut PT Sritex
Direktur Utama PT Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, mengungkapkan kesedihannya atas PHK massal ini.
“Kami sangat berduka sekali karena ini adalah momentum yang sangat historikal. Selama 58 tahun kami telah berkarya, dan ini merupakan perpisahan yang sangat menyedihkan,” ujar Iwan di Sukoharjo, Jumat (28/2), dikutip dari YouTube KompasTV.
Duka dan Kebingungan Mantan Karyawan
Para mantan karyawan PT Sritex pun mengaku terpukul dengan keputusan ini. Salah satu mantan karyawan, Andri Cahyono, mengungkapkan kebingungan karena masih memiliki banyak tanggungan utang.
“Saya juga terkena PHK kemarin, ini juga bingung utang masih banyak. Ini kira-kira gimana, ada solusi apa enggak, habis ini saya menganggur,” kata Andri kepada jurnalis KompasTV di Sukoharjo, Jumat.
Mantan karyawan lainnya, Dewi, juga merasakan hal serupa. Ia berharap dapat kembali bekerja.
“Ya, sedih, nggak kerja, ya inginnya kembali lagi (bekerja di Sritex),” ungkapnya.
Upaya Pemerintah Mencari Solusi
Merespons situasi ini, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan (Noel) menyatakan bahwa pemerintah akan berusaha mencarikan lapangan pekerjaan bagi para karyawan yang terdampak.
“Kami langsung memerintahkan Kepala Dinas tingkat kabupaten dan provinsi untuk mencari mitra industri yang membutuhkan tenaga kerja. Akhirnya, kami menemukan lebih dari 10.000 lowongan,” jelas Noel dalam program Sapa Indonesia Malam Akhir Pekan di KompasTV, Sabtu (1/3).
Pemerintah juga berusaha memastikan agar syarat perekrutan tidak memberatkan para mantan karyawan Sritex.
“Pertama soal umur, kedua soal ijazah, dan yang tak kalah penting adalah memastikan mereka tidak jatuh ke tangan calo tenaga kerja,” tambahnya.
Pelatihan Kerja bagi Mantan Karyawan
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, juga turut mengambil langkah untuk mengatasi dampak PHK massal ini dengan menggelar Balai Latihan Kerja (BLK).
“Kita latih mereka yang terkena PHK sehingga bisa tertampung di perusahaan-perusahaan yang masih membutuhkan tenaga kerja,” kata Luthfi di Solo, Jumat, dikutip dari YouTube KompasTV.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pengangguran di Jawa Tengah.
“Pelatihan BLK bagi mereka yang terkena PHK akan kita tampung, sehingga Jawa Tengah tidak terlalu banyak tenaga yang menganggur,” lanjutnya.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
PHK massal di PT Sritex memberikan dampak besar, tidak hanya bagi para pekerja tetapi juga bagi ekonomi lokal. Namun, dengan langkah-langkah yang telah direncanakan oleh pemerintah, diharapkan para mantan karyawan dapat segera mendapatkan pekerjaan baru atau keterampilan baru untuk menghadapi tantangan ke depan. Keputusan ini mungkin menjadi akhir bagi satu babak perjalanan PT Sritex, tetapi bagi para mantan karyawannya, ini bisa menjadi awal untuk peluang baru di masa depan.




