TASIKMALAYA, TINTAHIJAU.com — Di tengah berlangsungnya Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, ribuan calon siswa berebut kursi di sekolah negeri. Namun, kondisi kontras justru dialami sekolah swasta, salah satunya SMA Pasundan 2 Tasikmalaya. Sekolah yang pernah menjadi favorit di zamannya itu kini hanya mendapatkan enam siswa baru hingga awal Juli ini.
“Saya tanya ke panitia SPMB, untuk jumlah pendaftar masih rendah sekali, baru ada enam orang yang mendaftar,” ujar Kepala SMA Pasundan 2 Tasikmalaya, Darusman, Senin (7/7/2025).
Darusman menyebut penurunan jumlah peminat ini telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak diberlakukannya sistem zonasi. Warga sekitar sekolah, seperti dari kawasan Sukarindik, kini lebih memilih menyekolahkan anaknya ke SMAN 2 Tasikmalaya yang terletak tidak jauh dari lokasi sekolahnya.
“Penurunan ini sejak ada aturan zonasi, bahkan orang Sukarindik pasti lebih memilih ke SMAN 2 Tasikmalaya. Karena kita dikelilingi sekolah negeri,” tambahnya.
Didirikan pada 1986, SMA Pasundan 2 sempat menjadi pilihan utama bagi siswa dari berbagai kecamatan di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya seperti Indihiang, Rajapolah, Cisayong hingga Ciawi. Namun kini, menurut Darusman, hampir setiap kecamatan sudah memiliki SMA atau SMK negeri, yang menyebabkan daya saing sekolah swasta makin melemah.
Situasi ini diperparah dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menaikkan jumlah siswa per rombongan belajar (rombel) dari 36 menjadi 50 orang di sekolah negeri.
“Ya berat sekali dengan sistem rombel 50 orang setiap kelas, kecuali bagi sekolah swasta yang boarding school,” keluh Darusman.
Tak hanya kekurangan siswa, kondisi fasilitas SMA Pasundan 2 pun memprihatinkan. Dari total 22 ruang kelas, hanya delapan yang masih layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Namun di tengah keterbatasan itu, Darusman tetap menunjukkan sikap optimistis. Ia menegaskan proses pembelajaran tetap berjalan meski jumlah siswa tak mencapai seratus orang. Saat ini, siswa kelas 2 hanya berjumlah 21 orang, kelas 3 sebanyak 26 orang, dan lulusan tahun ini sebanyak 23 orang.
Untuk mempertahankan eksistensi sekolah, pihaknya juga mengupayakan dukungan dari para alumni.
“Yang jelas, kami meminta dukungan kepada alumni agar tetap eksis, dan kita bersama guru tetap terus ikhtiar serta harus tetap berlanjut sekolah kita,” pungkas Darusman.
Kisah SMA Pasundan 2 Tasikmalaya menjadi potret tantangan nyata yang dihadapi sekolah swasta dalam sistem pendidikan saat ini, di tengah dominasi sekolah negeri dan kebijakan yang belum berpihak secara seimbang.






