SUBANG, TINTAHIJAU.com – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyoroti pentingnya peningkatan dan penguatan sistem mitigasi serta peringatan dini tsunami di negara-negara pesisir Samudra Hindia. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana apabila terjadi tsunami.
Menurut Dwikorita, Samudra Hindia menjadi salah satu wilayah paling rawan terhadap tsunami di dunia. Kondisi ini disebabkan oleh adanya dua zona subduksi yang dapat memicu terjadinya tsunami di seluruh samudra.
Oleh karena itu, langkah-langkah antisipasi perlu dilakukan dengan memperkuat kapasitas seluruh negara anggota Inter-governmental Coordination Group on Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG IOTWMS).
Sebagai Ketua Koordinasi ICG IOTWMS sejak tahun 2019, Dwikorita menegaskan bahwa peringatan dini tsunami harus dapat direspons dengan cepat, tepat, dan akurat. Hal ini memerlukan peningkatan pemahaman, kesadaran, dan keterjangkauan informasi kepada masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami, Dwikorita menyarankan untuk membentuk Tsunami Ready Community.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami berdasarkan 12 indikator aspek penilaian potensi bahaya, kesiapsiagaan, dan respon yang telah ditetapkan oleh UNESCO-IOC.
Saat ini, telah ada 12 Komunitas Tsunami Ready di Samudra Hindia yang diakui oleh UNESCO, di mana 10 di antaranya berasal dari Indonesia, dan 2 lainnya dari India. Namun, Dwikorita berharap jumlahnya akan terus bertambah dari negara-negara lain.
Meskipun demikian, terdapat kendala dalam hal keterbatasan teknologi untuk mitigasi dan peringatan dini tsunami. Oleh karena itu, penting bagi kearifan lokal dan kapasitas komunitas masyarakat pantai rawan tsunami untuk terus ditingkatkan dan diperkuat.
Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program seperti Tsunami Ready (UNESCO), Destana (Desa Siaga Bencana), dan Katana (Keluarga Siaga Bencana) yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia melalui BNPB.
Dwikorita juga menekankan bahwa selain membangun sistem peringatan dini yang efektif, kesiapan masyarakat dalam merespons peringatan tersebut juga sangat penting. Peristiwa tsunami di Aceh, Palu, dan Selat Sunda menjadi contoh bahwa selain sistem peringatan yang cepat, tepat, dan akurat, kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana juga memegang peranan penting.
Oleh karena itu, BMKG terus mengkampanyekan konsep “Early Warning, Early Action” untuk semakin meminimalisir risiko yang mungkin timbul akibat bencana tsunami di masa mendatang.
Sumber: CNBC Indonesia