ASEAN dan Potensi Kerja Sama di Kawasan Indo-Pasifik

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Presiden Joko Widodo baru-baru ini mengumumkan sejumlah proyek kerja sama dan potensial yang dapat mengubah wajah kawasan Indo-Pasifik. Melalui KTT ASEAN di Jakarta, Presiden Jokowi mengungkapkan 93 proyek kerja sama dan 73 proyek potensial dengan nilai senilai puluhan miliar dolar AS. Proyek-proyek ini melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan beberapa negara mitra, seperti Jepang, China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada.

Dalam pidatonya pada pembukaan ASEAN-Indo-Pacific Forum, Presiden Jokowi mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh negara-negara anggota ASEAN dan mitra ASEAN. Hasilnya adalah terkumpulnya 93 proyek kerja sama senilai USD38,2 miliar dan 73 proyek potensial senilai USD17,8 miliar. Dengan demikian, totalnya ada 166 proyek senilai USD56 miliar atau sekitar Rp856 triliun (kurs Rp15.292).

Presiden Jokowi menekankan bahwa komitmen ini mencerminkan tekad untuk membangun kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan makmur. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi rakyat di kawasan dan dunia.

Menurut Jokowi, keberhasilan proyek-proyek ini dimungkinkan oleh kekuatan ekonomi ASEAN yang tangguh dan terus berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi global dan kawasan lainnya. Dengan populasi sekitar 680 juta jiwa, ASEAN juga menjadi pasar yang sangat potensial dengan peluang investasi yang menjanjikan.

Namun, Presiden Jokowi juga mengakui bahwa ASEAN tidak terbebas dari berbagai tantangan global dan rivalitas geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. Oleh karena itu, ASEAN-Indo-Pacific Forum hadir sebagai wadah untuk mengubah rivalitas menjadi kerja sama yang bermanfaat. Tujuannya adalah membangun habit of cooperation yang menghasilkan win-win formula tanpa mengucilkan pihak manapun.

Salah satu proyek kerja sama yang disebutkan oleh Presiden Jokowi adalah pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury juga menyoroti pentingnya konektivitas antar negara anggota ASEAN untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Pengembangan ekosistem ini adalah langkah penting dalam upaya menuju mobilitas berkelanjutan di kawasan ASEAN.

Indonesia sendiri memiliki sumber daya nikel yang mencapai sekitar 26 persen dari total dunia, serta target untuk memproduksi baterai dengan kapasitas lebih dari 140 gigawatt jam pada tahun 2030. Negara-negara ASEAN lainnya juga memiliki potensi besar dalam pengembangan ekosistem EV, seperti Filipina yang memiliki potensi signifikan dalam pengembangan nikel.

Melalui ASEAN Indo-Pacific Forum dan KTT ASEAN, negara-negara anggota ASEAN diharapkan dapat bersama-sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan membangun rantai pasok yang lebih terregionalisasi melalui jaringan hijau ASEAN atau The Green ASEAN Grid. Hal ini akan mendukung upaya membangun pelabuhan dan penyimpanan molekul ramah lingkungan serta bahan bakar penerbangan berkelanjutan.

Indonesia juga sedang mengupayakan inisiatif untuk mengembangkan pasar hidrogen hijau yang memiliki potensi besar pada tahun 2050. Dalam semua inisiatif ini, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya berusaha menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

ASEAN Indo-Pacific Forum yang diselenggarakan pada 5-6 September 2023 adalah implementasi dari Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP). Forum ini merupakan salah satu acara unggulan di bawah kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN tahun ini, dan diharapkan akan memperkuat kerja sama di kawasan Indo-Pasifik untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini