‎Eman Suherman: Filosofi Angklung Jadi Spirit Pendidikan Karakter di Majalengka

Majalengka, TINTAHIJAU.COM – Peringatan Hari Angklung Sedunia di SMP Negeri 1 Majalengka, Senin (17/11/2025), bukan sekadar pertunjukan seni. Di balik lantunan nada yang dimainkan para siswa dan guru, tersimpan pesan mendalam tentang pendidikan karakter yang kini mulai diarusutamakan di lingkungan sekolah.

‎Hal itu tampak dari respons Bupati Majalengka, Eman Suherman, yang hadir dan turut memainkan angklung untuk pertama kalinya. Pengalaman singkat tersebut justru mengantarkan dirinya pada renungan mengenai filosofi angklung yang selaras dengan pembangunan karakter generasi muda.

‎“Memainkan angklung itu tidak bisa sendiri. Ada harmoni, ada saling melengkapi. Begitu juga hidup. Kalau filosofi ini kita pegang, anak-anak kita akan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia,” ujar Eman.

‎Menurutnya, seni angklung menawarkan nilai universal yang dapat diterjemahkan ke dalam sikap sehari-hari: kekompakan, kebersamaan, saling mengasihi, dan menjaga kesatuan. Nilai inilah yang dinilai sangat relevan dalam dunia pendidikan saat ini.

‎Bupati menilai, sekolah bukan hanya tempat mengejar prestasi akademik, tetapi juga ruang untuk memupuk akhlak dan karakter siswa. “Saya ingin angklung menjadi sumber inspirasi hidup bagi anak-anak. Bukan hanya sebagai seni, tapi sebagai cara pandang,” katanya.

‎Kegiatan yang diprakarsai SMPN 1 Majalengka itu sekaligus menjadi momentum menghidupkan kembali nilai-nilai budaya Sunda yang sarat pesan moral.

‎Eman menyebut sejumlah falsafah Sunda yang terus membimbingnya, seperti ulah neangan kasohor tapi tekor dan ulah gede pasak ti batan tiang, yang menurutnya tetap relevan dalam kehidupan modern.

‎Ia bahkan membuka peluang agar gelaran angklung semakin diperluas dan menjadi program tahunan, tidak hanya sebagai event budaya, tetapi juga sebagai media pembelajaran nilai luhur.

‎“Nanti pada ulang tahun Majalengka, saya ingin angklung tampil lebih besar lagi. Bukan hanya memainkan nada, tapi menghidupkan filosofinya,” ucapnya.

‎Dengan pendekatan ini, Hari Angklung Sedunia di Majalengka berkembang bukan sekadar agenda seremonial, melainkan gerakan pendidikan karakter berbasis budaya. Sebuah upaya untuk menanamkan bahwa harmoni tidak hanya ditemukan dalam musik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.