Majalengka, TINTAHIJAU.COM – Gerakan gotong royong masyarakat dalam rangka Hari Jadi ke-535 Kabupaten Majalengka terkumpul uang cash lebih dari Rp 2 miliar dan membantu 28.952 keluarga rentan di 27 kecamatan se Kabupaten Majalengka.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program Gema Insani yang digagas Pemerintah Kabupaten Majalengka.
Pegiat sosial dan filantropi Alan Barok menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme masyarakat dalam bergotong royong dan membantu sesama.
“Ini bukti bahwa kalau diajak dengan hati, masyarakat kita sangat peduli. Mereka bukan hanya menyumbang, tapi benar-benar bergerak bersama,” kata Alan, Selasa (10/06/2025).
Gema Insani Bukan Hanya Seremoni
Program Gema Insani lahir sebagai respon terhadap kritik bahwa perayaan Hari Jadi Majalengka selama ini dianggap hanya milik ASN dan pejabat.
Bupati Majalengka Eman Suherman menegaskan bahwa peringatan hari jadi tahun ini bertujuan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
“Banyak yang merasa ulang tahun Majalengka cuma milik perangkat daerah. Saya ingin ubah itu. Ulang tahun ini harus jadi milik semua, dari atas sampai ke bawah,” jelas Eman. (05/06/2025)
Lebih lanjut, ia meluruskan persepsi bahwa gerakan ini bersifat memaksa. “Ini bukan donasi, tapi infak dan sodakoh. Donasi kadang ada unsur paksaan. Sementara ini murni kesadaran dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat,” tambahnya.
Usulan Udunan Versi Elite
Meski memberi apresiasi tinggi terhadap keberhasilan program, Alan Barok menyampaikan usulan agar tahun depan giliran para pejabat yang turut berkontribusi langsung.
“Tahun ini rakyat udunan. Tahun depan, bagaimana kalau gantian? Setiap bulan, 28.952 warga rentan bisa terbantu lewat gerakan madani versi elite,” ujar Alan.
Ia mencontohkan skema peran yang bisa diambil oleh pejabat:
1. Bupati membina sejumlah anak yatim,
2. Wakil Bupati membantu janda dan lansia,
3. Ketua DPRD mendampingi keluarga miskin,
4. Kepala Dinas dan Komisaris BUMD menjadi orang tua asuh warga rentan.
Pemantauan Rutin & Transparansi Digital
Alan juga menyarankan agar kontribusi elite dilaporkan secara bulanan, terbuka untuk publik, dan bila perlu disertai sistem pemantauan digital.
“Misalnya, setiap bulan diumumkan. Bupati bantu berapa anak, kepala dinas bantu siapa, dan seterusnya. Rakyat jadi bisa menilai. Bila perlu, kita buat aplikasi pemantau siapa yang sudah menyetor dan siapa yang belum. Hehehe,” ucapnya sambil santai.
Meski mengakui bahwa beberapa pejabat juga ikut menyumbang pada Udunan Rakyat, Alan menyampaikan bahwa momentum ini bisa menjadi titik balik.
“Kita tahu pasti ada pejabat yang ikut nyumbang. Tapi kan judulnya kemarin ‘Udunan Masyarakat’. Jadi sekarang rakyat wajar dong kalau tanya, giliran siapa tahun depan?” pungkasnya.