‎Reaktivasi Rel Cirebon–Kadipaten Diproyeksi Jadi Penggerak Ekonomi Baru Majalengka

‎MAJALENGKA, TINTAHIJAU.COM – Pemerintah Kabupaten Majalengka menaruh harapan besar terhadap rencana reaktivasi jalur kereta api Cirebon–Kadipaten, yang disebut-sebut akan menjadi penghubung penting antara kawasan pelabuhan dan bandara di wilayah timur Jawa Barat. Reaktivasi ini diyakini bakal membuka kembali akses ekonomi lama yang pernah hidup sejak awal abad ke-20.

‎Wakil Bupati Majalengka Dena Muhammad Ramdhan mengatakan, pihaknya menyambut baik rencana pemerintah pusat yang ingin menghidupkan kembali jalur rel yang sudah lama mati itu.

‎Menurutnya, jalur tersebut berpotensi menghidupkan arus logistik dan industri baru di kawasan Majalengka bagian timur, terutama yang terhubung dengan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.

‎“Kalau jalur ini aktif kembali, akan jadi simpul penting antara pelabuhan dan bandara. Itu bisa menggerakkan ekonomi, bukan hanya Majalengka tapi juga wilayah Ciayumajakuning,” ujar Dena saat ditemui di sela kegiatan HUT ke-61 Partai Golkar, Senin (20/10/2025).

‎Menurut Dena, arahan dari Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menekankan pentingnya konektivitas transportasi menuju BIJB. Reaktivasi jalur Cirebon–Kadipaten menjadi bagian dari upaya itu.

‎“Kereta api sekarang sedang dikaji untuk dikoneksikan. Mudah-mudahan ini segera direalisasikan oleh pemerintahan Pak Presiden Prabowo,” ucapnya.

‎Majalengka di Persimpangan Transportasi Baru

‎Jika proyek ini berjalan, Majalengka akan berada di posisi strategis sebagai simpul logistik darat–udara–laut di wilayah Ciayumajakuning. Dengan jalur rel aktif, pelabuhan Cirebon bisa langsung terkoneksi ke BIJB Kertajati, mempercepat arus kargo dan menekan biaya distribusi industri sekitar.

‎“Kalau dulu rel ini menjadi simbol konektivitas kolonial, mungkin nanti akan jadi simbol konektivitas modern Jawa Barat,” ujar Dena optimistis.

‎Jalur Tua yang Pernah Hidup Lebih dari 70 Tahun

‎Penggiat sejarah Majalengka dari komunitas Group Majalengka Baheula (Grumala), Naro, menyebut bahwa jalur Cirebon–Kadipaten bukan sekadar rel besi, tapi bagian dari identitas sejarah transportasi Majalengka. Jalur ini dibangun sekitar tahun 1901 dan beroperasi hingga 1978.

‎“Dulu rencananya mau diteruskan sampai Bandung lewat Kadipaten dan Sumedang, tapi berhenti di Kadipaten. Jalur ini panjangnya sekitar 67 kilometer,” jelasnya.

‎Menurut Naro, proyek itu digarap oleh perusahaan kereta Belanda Semarang Stroomtram Maatschappij (SCS). Kini, jejak fisiknya hampir tak tersisa — stasiun lama di Kadipaten bahkan sudah berubah menjadi kawasan pertokoan di Jalan Brawijaya.

‎Fokus ke Logistik dan Industri

‎Sumber-sumber lokal menyebut, rencana reaktivasi kali ini bukan untuk transportasi penumpang, melainkan kereta barang yang akan mengangkut logistik dari Pelabuhan Cirebon menuju BIJB Kertajati.

‎“Kami dengar, jalur Cirebon–Kadipaten akan disambungkan ke Kertajati untuk mendukung pengiriman kargo. Jadi bukan kereta orang, tapi kereta barang,” kata Naro.

‎Ia menambahkan, dengan kondisi fisik jalur yang sudah banyak berubah, proyek ini diperkirakan memerlukan investasi besar. Namun, jika berhasil direalisasikan, manfaat ekonominya diyakini akan jauh lebih besar dibanding biaya pembangunannya.

‎“Mungkin biayanya hampir sama dengan bikin jalur baru, tapi efeknya ke daerah bisa luar biasa,” ungkapnya.