Profil  

Alip & Ole, Duo Kreator Muda Subang di Balik Akun Nextgen: Berkarya dari Daerah, Menuju Mimpi ke Tanah Suci

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Dua perempuan muda duduk santai di salah satu sudut kafe kecil di Kota Subang. Sambil menyeruput kopi dan sesekali mengecek layar ponsel, keduanya tampak akrab berdiskusi tentang konsep video untuk klien berikutnya.

Mereka bukan influencer ibu kota, bukan pula pekerja agency besar. Mereka adalah Alip dan Ole, dua kreator lokal yang perlahan tapi pasti, mengubah cara Subang memandang dunia digital.

Aliffa Shalmanisa Rezkia (Alip) dan Laura Hidayat Nurul Jabbar (Ole) sama-sama berusia 25 tahun. Alip tinggal di Subang Kota, Ole di Subang Selatan. Tak ada yang menyangka bahwa dua lulusan kuliah tahun 2022 ini, kini menjadi sosok di balik akun media sosial Nextgen—akun yang mulai dikenal luas karena konten-kontennya tentang kuliner, wisata, dan gaya hidup khas Subang.

“Kita mulai aktif bikin konten itu Agustus 2023. Memang dari awal kita mau angkat Subang dulu. Karena banyak hal menarik yang belum dikemas secara menarik,” tutur Alip membuka cerita.

Awal dari Branding, Tumbuh Jadi Gerakan

Tak banyak yang tahu, Nextgen awalnya adalah bagian dari proyek branding milik atasan mereka. Namun, karena kontennya konsisten dan menyentuh akar lokal, akun ini justru tumbuh menjadi media alternatif yang punya suara sendiri.

“Dari branding usaha, kita ubah jadi akun publik. Tapi tetap dengan visi bantu promosiin usaha lokal, khususnya UMKM dan tempat makan,” jelas Ole.

Keduanya mengaku tak hanya ingin membuat konten viral, tapi juga ingin memberi dampak. Dalam satu bulan sejak mulai aktif unggah konten, mereka sudah mulai menerima kerja sama promosi—mulai dari barter produk hingga kini jasa endorse berbayar.

Tarifnya? Mulai dari Rp150.000 hingga Rp550.000, tergantung jenis dan konsep kontennya.

“Sekarang alhamdulillah sudah masuk Bandung juga, walau mayoritas masih di Subang. Tapi justru itu yang bikin kita semangat, karena kita pengen tunjukin Subang punya potensi digital yang gak kalah,” kata Alip.

Bekerja dengan Hati, Menuju Umroh

Ketika ditanya apa yang mereka lakukan dengan penghasilan dari endorse, keduanya kompak menjawab: ditabung buat umroh.

“Lucu sih, kita suka bercanda, semoga ada yang endorse umroh biar sekalian berangkat. Tapi serius, dari hasil ini kita sisihin buat ibadah,” ujar Ole sambil tersenyum.

Kerja kreatif bagi mereka bukan hanya soal menghasilkan uang, tapi juga tentang merawat mimpi. Dengan kamera ponsel dan kreativitas, mereka membuka ruang baru bagi diri sendiri dan usaha-usaha kecil yang mereka bantu promosikan.

Kreativitas, Tantangan, dan Perempuan di Balik Layar

Meski kontennya tampak sederhana, proses kreatif yang mereka jalani tidak selalu mudah. Mulai dari memahami karakter klien yang berbeda-beda, menyusun alur video, hingga editing—semuanya dikerjakan sendiri.

“Kalau kontennya review, alurnya masih bisa diprediksi. Tapi kalau bukan review, kita harus mikir ide yang segar, dan itu lumayan makan energi,” jelas Alip.

Waktu pembuatan konten pun tak instan. Mereka biasanya butuh 3–7 hari dari pengambilan gambar hingga video tayang.

Namun semua itu mereka nikmati. Karena bagi mereka, ini bukan sekadar pekerjaan, tapi ruang berekspresi. Sebagai perempuan muda, mereka juga merasa punya misi tersendiri: membuktikan bahwa perempuan bisa jadi kreator yang mandiri, produktif, dan berdampak.

Pesan untuk Generasi Muda

Kepada anak-anak muda lainnya, khususnya di Subang, Alip dan Ole punya pesan sederhana tapi dalam:

“Jangan takut mulai. Jangan minder lihat orang lain. Semua orang punya awal. Yang penting niat, dan konsisten. Sisanya, Allah yang atur.”

Dalam dunia digital yang cepat dan kompetitif, kisah Alip dan Ole memberi napas segar. Bahwa dari daerah, dari hal-hal sederhana, dari usaha kecil—bisa lahir karya besar. Bahwa perempuan bisa jadi kreator. Bahwa berkarya bisa jadi jalan menuju ibadah.

Dan bahwa Subang, lewat tangan-tangan kreatif warganya, punya masa depan digital yang cerah.