SUBANG, TINTAHIJAU.com – Indonesia memiliki dua wakil presiden yang hingga saat ini namanya tetap dikenang, bukan hanya karena jabatan yang pernah mereka emban, tetapi juga karena karakter dan dedikasi mereka terhadap bangsa. Mohammad Hatta dan Hamengku Buwono IX adalah sosok yang tak tergantikan karena kiprah dan pengorbanan mereka bagi negara.
Mohammad Hatta: Teladan Kesederhanaan
Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, dikenal sebagai pendamping Soekarno saat republik ini baru berdiri. Sebagai wakil presiden pertama, Hatta selalu menonjol dengan sikapnya yang sederhana dan jauh dari kesan memanfaatkan jabatan untuk keuntungan pribadi. Salah satu contohnya adalah kisah yang diceritakan oleh mantan sekretaris pribadinya, I Wangsa Widjaja, yang mengungkapkan betapa Hatta sangat anti untuk mengambil uang yang bukan haknya.
Setiap bulan, ada sisa anggaran rumah tangga wakil presiden. Namun, Hatta selalu meminta agar sisa dana tersebut dikembalikan ke kas negara. Selain itu, ia selalu menolak pemberian amplop dari pejabat daerah yang ia kunjungi, dengan alasan bahwa seluruh biaya perjalanan dan akomodasi sudah ditanggung oleh negara. Sikap tegas ini menunjukkan betapa Hatta memiliki integritas yang tinggi dalam menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Hatta wafat pada 14 Maret 1980, tetapi teladan kesederhanaannya tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Hamengku Buwono IX: Pengorbanan untuk Republik
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang juga dikenal sebagai pendamping Presiden Soeharto di masa awal Orde Baru, adalah sosok raja yang rendah hati dan penuh pengabdian. Saat ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada masa revolusi, HB IX berperan besar dalam menjaga kelangsungan pemerintahan. Dia tidak hanya memberikan perlindungan, tetapi juga menggunakan dana pribadi dari Keraton Yogyakarta untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak menerima upah akibat Agresi Militer Belanda ke-2.
Menurut catatan Perpustakaan Nasional, HB IX juga bertanggung jawab atas operasional pemerintahan, termasuk gaji presiden, wakil presiden, staf, operasional TNI, hingga biaya perjalanan delegasi-delegasi yang dikirim ke luar negeri. Selama masa pemerintahan republik di Yogyakarta, dana dari kas keraton digunakan untuk keperluan negara tanpa hitung-hitungan.
Bagi HB IX, semua pengorbanan ini merupakan bagian dari perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan, ia berpesan kepada penerusnya agar tidak menghitung-hitung apalagi meminta kembali harta yang telah diberikan kepada republik. HB IX wafat pada 2 Oktober 1988, meninggalkan warisan pengabdian yang luar biasa bagi bangsa.
Warisan Kepemimpinan yang Abadi
Mohammad Hatta dan Hamengku Buwono IX adalah dua sosok wakil presiden yang tidak hanya berjasa dalam membangun negeri ini, tetapi juga memberikan teladan kepemimpinan yang bersih dan penuh pengorbanan. Keduanya menunjukkan bahwa jabatan bukanlah tempat untuk memperkaya diri, melainkan untuk mengabdi kepada rakyat dan negara. Warisan moral ini tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi para pemimpin Indonesia di masa mendatang.