SUBANG, TINTAHIJAU.com – Dalam suatu balada kehidupan di kota Subang, terdapat seorang wanita tangguh yang setia menjalani profesi loper koran, yaitu Bu Iyos (65).
Kisah Bu Iyos merupakan salah satu contoh cerminan dari perubahan zaman, ketekunan, dan semangat mempertahankan tradisi di tengah arus digitalisasi.
Sejak masa sekolah, penulis sudah senang membaca koran, tabloid, dan majalah. Uang yang diperoleh dari orang tua tidak hanya digunakan untuk jajan di sekolah, namun juga untuk membeli bahan bacaan dari lapak penjual koran di dekat terminal Pujasera Subang. Lokasi itu menjadi saksi bisu awal perkenalan penulis dengan dunia jurnalistik yang kemudian membawa dampak besar dalam kehidupan.
Bu Iyos adalah salah satu penjual koran yang berada di daerah Pujasera Subang. Sebenarnya usaha yang dijalankan Bu Iyos merupakan usaha peninggalan suaminya yang bernama Pak Akim, Ketika suaminya masih ada, sang suami sangat aktif dalam menjalankan bisnis koran keliling sejak tahun 1970-0an. Mereka menjelajahi berbagai kompleks perumahan di kota Subang untuk mengantar surat kabar kepada pelanggan setianya.
Kejayaan mereka mencapai puncaknya di awal era reformasi, di mana omzet penjualan koran mencapai jutaan rupiah. Salah satu redaksi surat kabar dari Bandung bahkan pernah memberangkatkan Pak Akim untuk melakukan ibadah umrah.
Namun, takdir berkata lain. Setahun yang lalu, sang suami berpulang meninggalkan Bu Iyos sendirian. Meski cobaan hidup menghampirinya, Bu Iyos tetap memegang teguh warisan suaminya.
Berjualan koran bukan hanya sebuah mata pencaharian, melainkan juga sebuah ikatan batin dengan kenangan masa lalu yang indah.
Era digitalisasi dan kemajuan teknologi informasi mengubah wajah media cetak, meruntuhkan sebagian besar surat kabar konvensional. Namun, di lapak korannya yang sederhana, Bu Iyos menunjukkan keteguhan hati. Ia masih setia berjualan, kendati hanya menyisakan 1 surat kabar terbitan Jakarta, 2 koran harian dari Bandung dan 1 koran lokal dari Subang.
Ketika ditanya tentang masa depan bisnisnya, Bu Akim yang tinggal di daerah Babakan Peuteuy, Kelurahan Cigadung Subang dengan mantap menjawab, “Ibu akan tetap berjualan koran, selama masih ada surat kabar yang terbit hingga tak beredar lagi.” Jawabannya mencerminkan keberanian dan tekad untuk menjaga tradisi, walaupun di tengah tantangan zaman yang terus berubah.
Kisah Bu Iyos memberikan inspirasi tentang ketekunan, cinta terhadap profesi, dan keberanian menghadapi perubahan. Meskipun dunia terus bertransformasi, ada keindahan di dalam kesederhanaan dan keutuhan dalam mempertahankan apa yang dicintai.
Semoga balada loper koran Bu Iyos terus menginspirasi kita untuk tetap setia pada nilai-nilai yang kita pegang, bahkan di tengah badai perubahan.