Profil  

Mengenal dan Meneladani Pahlawan Nasional Asal Majalengka K.H. Abdul Halim

Abdul Halim adalah anak terakhir dari delapan bersaudara. Dia menikah dengan Siti Murbiyah, putri KH Mohammad Ilyas, pejabat Hoofd Penghulu Landraad Majalengka (sebanding dengan kepala Kemenag tingkat kabupaten).

Sejak kecil, Abdul Halim sudah belajar membaca Alquran. Kemudian menjadi santri sejumlah kiai di berbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah hingga usianya 22 tahun. Ulama yang pertama kali didatangi adalah KH Anwar di Pondok Pesantren Ranji Wetan, Majalengka. Selanjutnya berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Dalam merealisasi cita-citanya, KH Abdul Halim pertama kali mendirikan Majelis Ilmu (1911) sebagai tempat pendidikan agama dalam bentuk yang sangat sederhana pada sebuah surau yang terbuat dari bambu. Secara bertahap, organisasi yang dipimpinnya dapat memperbaiki keadaan masyarakat, khususnya kurang mampu.

Dalam mengembangkan bidang pendidikan, KH Abdul Halim juga memperluas usaha bidang dakwah. Dia selalu menjalin hubungan dengan beberapa organisasi lainnya di Indonesia, seperti dengan Muhammadiyah di Jogjakarta, Sarekat Islam, dan Ittihad Al Islamiyah (AII) di Sukabumi. Inti dakwahnya adalah mengukuhkan ukhuwah Islamiyah (kerukunan Islam) dengan penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar Islam, guna mengusir penjajahan.
Dalam bidang akidah dan ibadah amaliyah KH Abdul Halim menganut paham ahlussunnah wal jamaah yang dalam fikihnya mengikuti paham Syafi’iyah. Pada tahun 1942 dia mengubah Persyarikatan Ulama menjadi Perikatan Umat Islam, yang kemudian pada tahun 1952 melakukan fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) yang berkedudukan di Bandung.

“Kami sebagai perwakilan keluarga KH Abdul Halim berterima kasih kepada Pemkab Majalengka yang selalu rutin melakukan ziarah. Mudah-mudahan kami bisa meneruskan dan meneladani perjuangannya,” katanya.

Reporter: Alleysa Azra