Mengenal Sosok Sambas Mangundikarta Penyiar RRI dan TVRI Legendaris Asal Subang

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Indonesia memiliki sejarah panjang dalam industri penyiaran radio dan televisi yang dipenuhi dengan banyak sosok berbakat. Salah satu sosok yang patut diapresiasi dalam sejarah penyiaran Indonesia adalah Sambas Mangundikarta.

Ia adalah seorang penyiar yang telah memberikan kontribusi besar dalam menghibur dan memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia melalui Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sambas berasal dari Subang, Jawa Barat, dan memiliki karier penyiaran yang cemerlang.

Bagi pemirsa televisi (TVRI) dan pendengar radio (RRI) di era tahun 1970-an hingga akhir tahun 1990-an, sosok Sambas Mangundikarta adalah salah satu yang paling diingat.

Ia bukan hanya seorang penyiar, melainkan juga seorang reporter dan pembaca berita televisi senior yang suaran dan wajahnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah penyiaran Indonesia.

Baca Juga:  Kisah Sukses Dmitrii Basalkin, Bikin Aplikasi Pembelajaran Bahasa yang Kini Raup Rp 127 Miliar Setahun
Sambas Mangundikarta | Foto: Majalah Monitor TVRI (1981)

Sambas lahir di Bandung pada tanggal 21 September 1926 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 30 Maret 1999, meninggalkan kenangan yang abadi dalam dunia penyiaran.

Melalui layar kaca TVRI, suaranya memberikan sentuhan hidup pada pertandingan olahraga dan membuat penonton semakin terbawa suasana.

Suaranya yang berat dan khas sering mengiringi kita dalam berbagai liputan berita dan laporan mata acara, terutama dalam event olahraga. Suaranya bisa datar, melengking, atau penuh emosi, tergantung pada momen dan suasana, sehingga mampu memberikan semangat kepada tim nasional Indonesia dalam pertandingan megnhadapi lawan-lawannya.

Kata-kata yang diucapkan begitu informatif dan menginspirasi pemirsa. Sambas selalu hadir dalam berbagai pertandingan besar, baik dalam cabang olahraga bergengsi seperti Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977) dan Piala Uber di Tokyo (1981).

Baca Juga:  Mengenal Profil Noorca Marendra Massardi, Seniman dan Jurnalis Senior dari Kabupaten Subang

Namun, kemampuan Sambas Mangundikarta tidak hanya sebatas sebagai penyiar dan reporter. Ia juga seorang pencipta lagu, penyanyi, dan seniman. Beberapa lagu ciptaannya, seperti “Manuk Dadali,” “Sapu Nyere Pegat Simpay,” “Ka Huma,” “Pepeling,” dan “Peuyeum Bandung,” dikenal sebagai lagu daerah berbahasa Sunda yang sangat terkenal. Dengan karyanya, ia berhasil memperkaya warisan budaya Indonesia dan mengenalkan keindahan musik tradisional daerah kepada seluruh negeri.

Penghargaan tertinggi diberikan kepada Sambas Mangundikarta oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada acara KPI Award tahun 2022. Penghargaan Anugerah Lifetime Achievement diberikan sebagai penghormatan atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi dunia penyiaran Indonesia. Penghargaan ini diterima oleh salah satu putri almarhum, Inge Krisyani Sambas, sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi besar yang telah diberikan oleh Sambas Mangundikarta.

Baca Juga:  Romantisme Dongeng Sunda, Acara Radio Favorit Era Tahun 90an

Sambas Mangundikarta adalah sosok yang tak terlupakan dalam sejarah penyiaran Indonesia. Suara dan wajahnya akan selalu menggema dalam ingatan kita, mengingatkan kita akan era kejayaan penyiaran televisi dan radio di Indonesia.

Sumbangannya tidak hanya terbatas pada dunia penyiaran, tetapi juga dalam melestarikan musik dan budaya daerah Indonesia. Ia adalah pahlawan yang telah memberikan warna dan inspirasi bagi generasi penyiar dan seniman berikutnya, dan warisannya akan terus hidup dalam sejarah budaya dan media Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

FOLLOW SOCMED:
FB & IG: TINTAHIJAUcom
IG & YT: TINTAHIJAUcom
E-mail: red.tintahijau@gmail.com