Profil  

Mengenang Sosok Faisal Basri Sang Penggerak Reformasi Ekonomi Indonesia

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Indonesia dikejutkan dengan kabar duka pada Kamis dini hari, sekitar pukul 03.50 WIB, saat salah satu ekonom terkemuka, Faisal Basri, meninggal dunia di Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Jakarta. Sosok yang dikenal tak segan memberikan kritik membangun terhadap pemerintah ini berpulang pada usia 65 tahun.

Faisal Basri lahir di Bandung pada 6 November 1959 dan merupakan alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1985 dan melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar Master of Arts di bidang ekonomi dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, pada tahun 1988.

Sebagai keponakan dari mantan Wakil Presiden RI, Adam Malik, Faisal memulai karir akademiknya sebagai dosen di FEB UI, mengajarkan berbagai mata kuliah seperti Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi. Ia juga menjadi pengajar di beberapa program pascasarjana Universitas Indonesia dan sempat menjabat sebagai Ketua Jurusan ESP FEB UI (1995-1998) serta Ketua STIE Perbanas Jakarta (1999-2003).

Selain di bidang akademis, Faisal juga berperan aktif dalam pemerintahan. Ia pernah menjadi anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000). Faisal juga merupakan salah satu pendiri lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) serta Indonesia Corruption Watch (ICW).

Dalam perjalanan karirnya, Faisal kerap berbicara tentang pentingnya pembangunan yang berfokus pada peningkatan kualitas manusia, bukan sekadar pembangunan infrastruktur. Dalam salah satu diskusi publik, ia menegaskan bahwa kualitas manusia adalah tujuan utama pembangunan.

Pesan Terakhir dan Penghormatan dari Rekan Sejawat

Suasana duka menyelimuti rumah duka di Tebet, Jakarta Selatan, tempat Faisal disemayamkan. Jenazahnya diantarkan ke peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Menteng Pulo. Sejumlah pejabat pemerintah hadir untuk memberikan penghormatan terakhir, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengingatkan pentingnya masukan Faisal dalam berbagai program pemerintah. Luhut menyebut Faisal sebagai sosok berintegritas dengan karakter kuat sebagai seorang intelektual.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, juga mengungkapkan bahwa kritik Faisal terhadap sektor pertanian selama satu dekade terakhir telah membantu Kementerian Pertanian tetap berjalan sesuai aturan dan memenuhi harapan rakyat. Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, turut menyampaikan kenangannya tentang diskusi mereka terkait ekonomi makro dan mikro, serta kontribusi Faisal dalam penyusunan Roadmap Industri 2010 dan Visi 2030.

Kenangan Sahabat Ekonom

Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini, menggambarkan Faisal sebagai sosok idealis dan berintegritas tinggi yang gigih memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan di bidang ekonomi-politik Indonesia. Meskipun Faisal tidak menduduki jabatan formal di partai politik atau pemerintahan, pandangannya yang kritis dan berani telah memberikan dampak besar dalam mendorong reformasi kebijakan di Indonesia.

Didik mengingat Faisal sebagai sosok yang independen dan anti-korupsi, yang tidak pernah terikat oleh kepentingan partai politik tertentu. Keberaniannya dalam menyuarakan pendapat berbeda, meskipun tidak populer, menjadi salah satu ciri khasnya yang dihormati banyak pihak.

Kepergian Faisal Basri meninggalkan kesan mendalam bagi rekan-rekannya dan bangsa Indonesia. Semoga warisan pemikirannya menjadi pemantik kebangkitan ekonomi yang lebih baik di masa mendatang.

Selamat jalan, Faisal Basri.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini