SUBANG, TINTAHIJAU.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat merilis tingkat mount to mount (m-to-m), year to date (y-to-d) dan year on year (y-on-y) pada 3 Juni 2024.
BPS Menyebutkan, secara (m-to-m) Mei 2024, 10 Kabupaten/Kota mengalami deflasi.
Kepala BPS Provinsi Jawa Barat Marsudijono mengatakan, kalau diperhatikan secara (m-to-m) disana yang terendah ada di Kabupaten Bandung dan Kota Bogor masing-masing sebesar -0 02 persen, sedangkan Kabupaten Subang mengalami deflasi yang paling dalam sebesar -0,52 persen.
Andil beberapa komoditas terhadap deflasi di Kabupaten Subang dipicu oleh beras, daging ayam ras, cabai rawit, tomat dan angkutan antar kota.
BPS menyampaikan inflasi secara year to date (y-to-d), 10 Kabupaten/Kota untuk Kabupaten Bandung 0,86 persen, Kabupaten Majalengka 0,56 persen, Kabupaten Subang 0,06 persen, Kota Bogor 1,19 persen, Kota Sukabumi 1,48 persen, Kota Bandung 1,11 persen, Kota Cirebon 1,09 persen, Kota Bekasi 1,51 persen, Kota Depok 1,36 persen dan Kota Tasikmalaya 1,42 persen.
Edi, panggilan Marsudjiono mengatakan, Kabupaten Subang secara (y-to-d) terendah di Jawa Barat, bila diasumsikan target masing-masing yang sudah ditetapkan Pemerintah sebesar 2,5 persen tahun 2024, maka Kabupaten Subang semakin terang dan semakin lebar sebesar 2,44 persen, sedangkan Kota Sukabumi dan Kota Bekasi semakin menyempit tinggal sedikit.
Dia menerangkan year on year (y-on-y) Kabupaten Subang boleh tinggi diawal bulan, tetapi dengan perjalanan waktu pada posisi yang sangat aman (y-to-d).
“Yang menjadi perhatian dari sekian Kabupaten/Kota Inflasi adalah Kota Sukabumi dan Kota Bekasi karena sisa perjalanan dalam satu tahun masing-masing sebesar 1,02 persen dan 0,99 persen,” katanya
Rilis BPS Kabupaten Subang, penyumbang andil inflasi secara (y-on-y) di antaranya adalah komoditas daging ayam ras, tahu mentah, tomat, sigaret kretek mesin dan sigaret kretek tangan. Secara andil deflasi, beras, pasir, jengkol, petai dan telepon seluler.
Ada persamaan dengan yang di rilis oleh BPS Provinsi Jawa Barat, yaitu daging ayam ras, sigaret kretek mesin. Sedangkan penyumbang andil deflasi di antaranya adalah jengkol, beras dan telepon seluler.
Rendahnya deflasi m-to-m Kabupaten Subang disebabkan adanya penurunan kelompok makanan, minuman, tembakau, transportasi, rekreasi,olahraga, dan budaya.
Dalam rilisnya, BPS Provinsi Jawa Barat menyebut perbandingan 10 Kabupaten/Kota inflasi secara m-to-m, yaitu Inflasi Kabupaten Bandung sebesar -0,02 persen, Kabupaten Majalengka sebesar -0,49 persen, Kabupaten Subang sebesar -0,52 persen, Kota Bogor sebesar -0,02 persen, Kota Sukabumi sebesar -0,16 persen, Kota Bandung sebesar -0,06 persen, Kota Cirebon sebesar -0,31 persen, Kota Bekasi sebesar -0,08 persen, Kota Depok sebesar -0,11 persen dan Kota Tasikmalaya sebesar -0,23 persen.
Sementara itu, inflasi year on year (y-on-y) Mei 2024, 10 Kabupaten/Kota diantaranya, Kabupaten Bandung sebesar 3,04 persen, Kabupaten Majalengka sebesar 2,52 persen, dan Kabupaten Subang sebesar 3,2 persen.
Sementara itu Kota Bogor sebesar 2,9 persen, Kota Sukabumi sebesar 2,52 persen, Kota Bandung sebesar 2,27 persen, Kota Cirebon sebesar 1,97 persen, Kota Bekasi sebesar 3,21 persen, Kota Depok sebesar 2,43 persen dan Kota Tasikmalaya sebesar 2,17 persen. Dilihat secara (y-on-y), Kabupaten Bekasi tertinggi sebesar 3,21 persen dan terendah di Kota Cirebon sebesar 1,97 persen.
“Dapat disimpulkan bahwa, Kabupaten Subang secara y-to-d terendah inflasinya di Jawa Barat,” pungkasnya.