SUBANG, TINTAHIJAU.com – Dalam setiap hubungan, pertengkaran adalah hal yang wajar. Namun, cara pasangan berkomunikasi saat marah sering kali menentukan apakah masalah akan cepat selesai atau justru semakin membesar.
Banyak orang tidak sadar bahwa beberapa bentuk komunikasi, meski terlihat sepele, dapat melukai pasangan, memperkeruh suasana, dan meninggalkan luka emosional yang bertahan lama.
Untuk menjaga hubungan tetap sehat, penting memahami jenis-jenis komunikasi yang sebaiknya dihindari ketika emosi sedang memuncak.
Artikel ini akan membahasnya agar konflik dapat diselesaikan dengan lebih bijak dan penuh kedewasaan.
1. Silent Treatment (Mendiamkan Pasangan)
Diam berkepanjangan membuat pasangan merasa diabaikan dan tidak dihargai. Lebih baik menenangkan diri sebentar lalu bicara saat siap.
2. Nada Suara Tinggi atau Berteriak
Nada keras membuat pasangan defensif dan menutup pintu dialog. Emosi naik, pembahasan jadi tidak produktif.
3. Menyindir atau Sarkasme
Sindiran terlihat “halus”, tapi rasanya lebih menyakitkan dan menimbulkan jarak emosional.
4. Membawa Masalah Lama
Mengungkit kesalahan masa lalu justru memperpanjang konflik dan membuat solusi sulit ditemukan.
5. Menyalahkan Sepenuhnya (“Kamu selalu…”, “Kamu nggak pernah…”)
Generaliasi seperti ini membuat pasangan merasa diserang secara pribadi, bukan pada masalahnya.
6. Meremehkan Perasaan Pasangan
Kalimat seperti:
“Ah lebay banget.”
“Masalah segitu aja.”
Ini mematikan komunikasi dan melukai hati.
7. Mengancam Putus atau Cerai
Ucapan impulsif saat marah bisa meninggalkan luka mendalam dan meruntuhkan rasa aman dalam hubungan.
8. Menghindar Berlebihan (kabur dari pembicaraan)
Pergi sebentar untuk menenangkan diri boleh, tapi jangan kabur tanpa komunikasi. Pasangan bisa merasa ditinggalkan.
9. Menyebarkan Masalah ke Orang Lain
Curhat ke pihak yang tidak perlu (teman, media sosial) dapat mempermalukan pasangan dan memperkeruh keadaan.
10. Memaksakan Bicara Saat Emosi Masih Tinggi
Kadang diam sementara justru lebih baik daripada memaksakan obrolan yang akan berujung saling melukai.
Pada akhirnya, cara kita berkomunikasi saat marah menentukan arah hubungan: semakin membaik atau justru semakin renggang.
Dengan menghindari pola komunikasi yang merusak dan memilih cara yang lebih dewasa, setiap konflik bisa menjadi kesempatan untuk saling memahami.






