SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang mencatat ada 112 kasus suspek campak yang terlaporkan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Kepala Dinkes Subang, Maxi, mengatakan dari 17 Puskesmas yang melaporkan, total 79 sampel telah dikirimkan ke Laboratorium Biofarma. Hasil pemeriksaan menunjukkan 16 kasus positif campak, tidak ada yang positif rubella, dan 63 discarded.
“Paling banyak pengiriman sampel dilakukan Puskesmas Cikalapa dengan 11 sampel. Kemudian Puskesmas Pagaden dan Gunung Sembung masing-masing 7 sampel. Rata-rata Puskesmas lainnya hanya 3 sampai 4 sampel,” ujar Maxi, Kamis (18/9/2025).
Menurutnya, target penemuan kasus suspek campak di setiap Puskesmas adalah minimal tiga kasus per tahun. Karena itu, pelaporan rutin menjadi bagian penting dari pengendalian penyakit menular.
Maxi menegaskan, langkah utama pencegahan campak adalah dengan pemberian vaksin campak-rubella (MR) pada bayi usia 9 bulan, serta booster campak pada balita 18 bulan dan anak kelas 1 SD.
“Sebagai pendukung, masyarakat juga perlu membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” tambahnya.
Untuk meningkatkan cakupan, Dinkes Subang kini menggerakkan 40 Puskesmas agar menyisir anak-anak yang belum mendapat imunisasi. Hingga Agustus 2025, capaian vaksinasi baru sekitar 56 persen.
“Kami terus berupaya menutup celah agar tidak ada anak yang terlewat imunisasi,” pungkas Maxi.





