MAJALENGKA, TINTAHIJAU.COM – Sebuah pendekatan dakwah yang holistik dan inovatif ditampilkan dalam kegiatan Festival Budaya dan Diklat Kepemimpinan Perempuan yang digelar oleh Pengurus Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Yang menarik, kegiatan ini dilaksanakan di tempat yang tidak lazim: Pesantren Ekologi Al-Mizan, Wanajaya, Majalengka. Lokasi ini bukan sekadar tempat, melainkan cermin dari gagasan besar integrasi nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan kesadaran ekologis dalam satu sistem pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Direktur Pengembangan Keagamaan Islam (Penais) Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr. Arsad Hidayat, yang hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi tinggi atas eksistensi dan peran Pesantren Al-Mizan sebagai pelopor dakwah berbasis lingkungan dan budaya.
“Kemenag sangat mengapresiasi keberadaan pesantren seperti Al-Mizan. Ini bentuk inovasi dakwah yang holistik, merawat bumi, budaya, dan batin umat sekaligus,” ungkap Arsad dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Arsad menegaskan bahwa Pesantren Al-Mizan tidak hanya menjalankan pendidikan agama secara formal, tetapi juga secara aktif menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan, seni tradisional, dan budaya lokal sebagai bagian dari ibadah sosial. Di pesantren ini, konsep dakwah melampaui ceramah di mimbar, dan hadir dalam praktik kehidupan sehari-hari para santri dan masyarakat sekitar.
Menurutnya, pendekatan tersebut sejalan dengan program strategis Kementerian Agama seperti Ngaji Budaya, Repositori Digital Seni Budaya Islam, serta Pembinaan Seniman Budayawan Muda (SEMBADA). Seluruh inisiatif ini bertujuan mengharmonikan spiritualitas Islam dengan ekspresi budaya Nusantara, menjadikan dakwah lebih kontekstual dan membumi.
Arsad juga menyoroti bagaimana pesantren seperti Al-Mizan menjadi garda depan dalam menjaga khazanah pemikiran Nahdlatul Ulama yang menekankan prinsip “al-muhafazhah ‘ala al-qadim as-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah”, yakni mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih maslahat.
“Al-Mizan tidak hanya menjaga tradisi, tapi juga melakukan ijtihad sosial. Ini penting dalam menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan akar nilai,” ujarnya.
Ia pun berharap agar ke depan, semakin banyak pesantren yang mengikuti jejak Al-Mizan, mengembangkan dakwah yang terintegrasi dengan pendidikan, pelestarian budaya, dan kepedulian lingkungan, sebagai bagian dari misi keumatan dan kebangsaan.
Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Bupati Majalengka Eman Suherman, Ketua LASQI NU Jawa Barat KH Maman Imanulhaq, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat Dr. H. Ajam Mustajam, serta Kepala Kemenag Kabupaten Majalengka H. Agus Sutisna. Hadir pula para sesepuh NU, tokoh perempuan, dan ratusan kader Fatayat dari berbagai wilayah di Jawa Barat.
Dalam penutup sambutannya, Dr. Arsad juga menyampaikan harapannya kepada Fatayat NU agar terus memainkan peran strategis dalam dakwah kultural yang inklusif dan transformatif. Ia menegaskan, Fatayat NU bukan hanya memperjuangkan isu kesetaraan gender, tetapi juga membawa nilai-nilai Islam yang welas asih, berkarakter, dan berpihak kepada kemaslahatan umat.
“Fatayat NU harus terus menjadi garda depan perubahan, menghidupkan dakwah yang membumi dan menyentuh realitas sosial umat,” tandasnya.
Melalui kegiatan ini, Pesantren Ekologi Al-Mizan semakin mengukuhkan posisinya sebagai model pesantren masa depan—pesantren yang bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi juga pusat transformasi sosial berbasis nilai-nilai keislaman, kebudayaan, dan kelestarian lingkungan.