Ragam

AMSI Kalbar Tegaskan Media Siber Harus Jadi Benteng Melawan Hoaks

×

AMSI Kalbar Tegaskan Media Siber Harus Jadi Benteng Melawan Hoaks

Sebarkan artikel ini

PONTIANAK, TINTAHIJAU.COM – Ruang digital Indonesia kian riuh. Di tengah derasnya banjir informasi, kebohongan kerap menyaru sebagai kebenaran. Inilah medan tempur baru yang coba ditata oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Barat.

Pelantikan Pengurus dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) III AMSI Kalbar 2025–2029 di Qubu Resort, Pontianak, bukan sekadar acara seremonial. Di balik podium, terselip pesan keras: media siber harus menjadi benteng terakhir melawan disinformasi.

Muhlis Suhaeri, Ketua AMSI Kalbar, menyebut perang informasi ini tak lagi bisa dihadapi dengan cara biasa. “Setiap berita yang terbit bukan sekadar teks, tapi pijakan sejarah. Salah membingkai fakta, publik bisa terseret arus opini yang keliru,” tegasnya.

Di era algoritma, berita sensasional sering menang di halaman pertama, sementara berita mendalam tersisih. Namun AMSI Kalbar memilih jalan berbeda. “Kalau media sibuk mengejar klik, kita sedang membangun bom waktu digital,” ujar Muhlis lirih.

AMSI kini aktif menginisiasi pelatihan jurnalis, mendampingi media kecil, dan mendorong kolaborasi lintas sektor. Tujuannya jelas: membangun ekosistem media yang sehat, bukan sekadar ramai.

Gubernur Kalbar Ria Norsan menyebut media siber sebagai jantung demokrasi. “Media tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga membentuk opini dan menjaga keseimbangan sosial,” ujarnya.

Sementara Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menegaskan kesiapan pemerintah daerah bersinergi. “Publikasi kebijakan publik akan lebih efektif jika disampaikan lewat media yang kredibel,” katanya.

Dukungan ini menjadi modal penting. Namun bagi AMSI, kolaborasi tidak berhenti di pintu pemerintahan — kampus, komunitas literasi, bahkan aparat keamanan ikut digandeng untuk membangun pertahanan digital.

Wakil Ketua Umum AMSI Pusat Upi Asmaradhana menyebut AMSI sebagai “clearing house of information” — rumah penyaring informasi kredibel. “AMSI hadir untuk memverifikasi dan memvalidasi informasi agar publik tidak terjebak hoaks,” jelasnya.

Literasi digital menjadi fokus utama. Dengan publik yang melek informasi, ruang digital dapat dikelola lebih sehat. Itulah sebabnya AMSI mendorong gerakan bersama, bukan hanya kerja internal media.

Munculnya kecerdasan buatan (AI) membuka peluang sekaligus ancaman. Teknologi deepfake, manipulasi data, dan rekayasa opini publik kini menjadi senjata baru dalam perang informasi.

Melalui platform CekFakta.com, AMSI memimpin gerakan melawan hoaks dengan filtering dan fact-checking yang lebih sistematis. “Ini bukan lagi soal kecepatan memberitakan, tapi soal akurasi dan keberanian untuk berkata benar,” tegas Muhlis.

AMSI Kalbar berada di garda depan untuk memastikan media lokal tetap hidup dan dipercaya publik. Di bawah kepemimpinan Muhlis Suhaeri – Mursalin, organisasi ini menegaskan bahwa integritas adalah harga mati.

Di dunia digital yang semakin gaduh, AMSI memilih menjadi suara yang tenang, tetapi tegas. Mereka bukan sekadar organisasi, tetapi penjaga kepercayaan publik.

“Kolaborasi adalah jalan satu-satunya. Integritas adalah fondasi utama,” kata Muhlis menutup pidatonya.

Dalam perang sunyi melawan disinformasi, AMSI Kalbar berdiri bukan hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai petarung. *