Ragam

Bahaya Paparan Suara Bising terhadap Kesehatan Telinga: Jangan Sepelekan Dentuman Sound System!

×

Bahaya Paparan Suara Bising terhadap Kesehatan Telinga: Jangan Sepelekan Dentuman Sound System!

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Di era digital saat ini, fenomena “sound horeg” atau penggunaan sound system berskala besar yang menggelegar kerap menjadi bagian dari hiburan masyarakat. Namun, di balik dentuman keras yang memikat, tersembunyi ancaman serius bagi kesehatan pendengaran.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah memberikan peringatan: paparan suara dengan tingkat kebisingan tinggi dapat menyebabkan kerusakan telinga permanen.

Paparan di Atas Batas Aman

Menurut WHO, batas toleransi kebisingan untuk orang dewasa adalah 85 desibel (dB) selama maksimal 8 jam per hari. Untuk anak-anak, ambang batasnya lebih rendah lagi, yaitu 75 dB.

Namun, pada acara-acara dengan sound system besar, seperti konser, hajatan, atau pertunjukan jalanan, intensitas suara bisa mencapai lebih dari 135 dB—jauh melebihi ambang batas aman. Paparan semacam ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran baik dalam jangka pendek maupun permanen.

Lima Bahaya Suara Terlalu Keras bagi Telinga

Berdasarkan informasi dari National Institutes dan WHO, berikut adalah lima risiko utama paparan suara keras terhadap kesehatan telinga:

  1. Telinga Berdenging (Tinnitus)
    Suara keras bisa merusak sel-sel rambut halus di koklea (rumah siput telinga), memicu tinnitus—kondisi di mana seseorang mendengar suara berdengung, berdenging, atau mendesis tanpa ada sumber suara. Meski kadang bersifat sementara, tinnitus juga dapat menetap secara permanen.
  2. Hiperakusis (Sensitivitas Suara Berlebih)
    Paparan suara keras berulang bisa membuat telinga menjadi terlalu sensitif terhadap suara biasa. Akibatnya, suara yang normal bagi orang lain bisa terdengar menyakitkan atau mengganggu bagi penderita. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf pendengaran akibat stres akustik.
  3. Pecah Gendang Telinga
    Suara ekstrem seperti ledakan atau musik volume tinggi bisa merobek gendang telinga, menyebabkan nyeri hebat, kehilangan pendengaran, hingga risiko infeksi telinga tengah.
  4. Tuli Permanen
    Jika kerusakan pada sel-sel rambut di koklea tidak dapat diperbaiki, maka seseorang bisa mengalami tuli sensorineural—gangguan pendengaran permanen yang paling umum. WHO memperkirakan sekitar 1,1 miliar orang muda di dunia berisiko mengalami kondisi ini akibat penggunaan headphone dan paparan kebisingan di tempat hiburan.
  5. Trauma Akustik
    Ini merupakan kerusakan akut pada sistem pendengaran akibat suara yang sangat keras dan mendadak, seperti ledakan atau dentuman sound system. Gejalanya meliputi kehilangan pendengaran mendadak, vertigo, dan rasa nyeri. Dalam kasus parah, trauma akustik bisa menyebabkan tuli permanen dalam satu kali kejadian.

Perlindungan Diri dari Bahaya Kebisingan

Untuk mencegah kerusakan telinga akibat suara bising, penting bagi masyarakat untuk mulai peduli terhadap kebersihan dan kesehatan pendengaran. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Menghindari paparan langsung terhadap sumber suara keras
  • Menggunakan pelindung telinga (earplug) saat berada di lingkungan bising
  • Membatasi penggunaan headphone dan mengatur volume ke tingkat aman
  • Memberi jeda istirahat telinga setelah paparan suara keras

Dentuman keras mungkin terasa menyenangkan sesaat, tapi efeknya bisa menjadi penyesalan seumur hidup. Mari lebih bijak dalam menikmati hiburan dan mulai melindungi telinga kita dari ancaman gangguan pendengaran. Telinga hanya sepasang, dan kesehatan pendengaran adalah investasi jangka panjang.


Referensi: KompasTV, WHO, National Institutes, American Tinnitus Association