
SUBANG, TINTAHIJAU.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang bernama Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa puncak periode kemarau di Indonesia diharapkan akan terjadi pada akhir bulan Agustus 2023.
Dwikorita menyampaikan bahwa puncak masa kemarau yang kering di Indonesia pada akhir bulan ini disebabkan oleh fenomena El Nino.
Dwikorita mengungkapkan, “Kami memprediksi bahwa puncak dari musim kemarau yang kering ini akan berlangsung pada minggu terakhir Agustus.” Ia mengatakan ini di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada hari Rabu (9/8/2023), seperti yang dilaporkan oleh jurnalis Kompas TV, Dipo Nurbahagia.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di bagian tengah Samudra Pasifik.
Pemanasan SML dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di bagian tengah Samudra Pasifik dan mengurangi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sebagai akibatnya, El Nino memicu terjadinya kekeringan di berbagai wilayah Indonesia.
Dwikorita mengungkapkan bahwa fenomena kemarau kering di Indonesia akan dimulai dari wilayah selatan negeri ini, termasuk beberapa wilayah di Sumatera, Jawa, dan Papua.
“Di pertengahan Agustus nanti, beberapa wilayah akan mengalami puncak kemarau, tetapi tidak terjadi secara serentak. Wilayah-wilayah lain akan mengalaminya secara bertahap,” kata Dwikorita.
“Dimulai dari wilayah selatan, yaito, Indonesia bagian selatan, mulai dari tengah Sumatera sampai selatan,” tambahnya. Dwikorita sebelumnya menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2014 – 2017.
Dwikorita juga menyatakan bahwa BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini akan serupa dengan situasi pada tahun 2019 dan tidak separah kemarau pada tahun 2015.
Menurutnya, puncak kemarau kering di Indonesia juga berpotensi memicu kebakaran hutan (karhutla).
“Iya, ada potensi karhutla, seperti yang banyak terjadi pada tahun 2019, ada banyak titik api,” kata Dwikorita.
Namun, ia menekankan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), sehingga pemerintah telah menyiapkan mekanisme Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“Sejak Desember 2022, kami telah memberi peringatan kepada Ibu Menteri LHK dan mulai menyiapkan TMC sejak Februari 2023,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa jika Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) diterapkan secara mendadak setelah kemarau sudah terjadi, pemerintah akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi puncak kemarau kering.
“Insyaallah, walaupun potensi secara alamiah hampir sama seperti pada tahun 2019, namun dengan kesiapan yang lebih baik, semoga tidak seburuk pada tahun 2019,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
FOLLOW SOCMED:
FB & IG: TINTAHIJAUcom
IG & YT: TINTAHIJAUcom
E-mail: red.tintahijau@gmail.com