JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Burnout kini menjadi salah satu isu kesehatan mental yang kian mengemuka di kalangan pekerja profesional, terutama mereka yang menghadapi tekanan kerja tinggi dan tanggung jawab besar dalam jangka waktu panjang. Burnout bukanlah sekadar kelelahan biasa, melainkan kondisi serius yang dapat berdampak pada kesejahteraan fisik, mental, dan emosional seseorang.
Menurut definisi dari National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat, burnout merupakan keadaan ketika seseorang merasa sangat lelah secara menyeluruh—baik fisik, mental, maupun emosional—yang biasanya dipicu oleh stres kerja yang berkepanjangan. Kondisi ini dapat menimpa siapa saja, terutama mereka yang memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa jeda, memiliki beban kerja berat, atau menjalani rutinitas monoton tanpa keseimbangan hidup yang sehat.
Di berbagai laporan kesehatan mental, burnout juga kerap dikaitkan dengan menurunnya produktivitas, hilangnya motivasi, gangguan tidur, hingga munculnya kecemasan dan depresi. Kondisi ini sering kali tidak disadari atau bahkan diabaikan, baik oleh individu yang mengalaminya maupun oleh lingkungan kerjanya.
Tanda-Tanda dan Bahaya Burnout
Burnout biasanya ditandai dengan beberapa gejala seperti rasa lelah yang terus-menerus, sinisme terhadap pekerjaan, dan perasaan tidak lagi mampu memberi kontribusi yang bermakna. Dalam jangka panjang, burnout dapat mengganggu fungsi kognitif, menurunkan imunitas tubuh, dan berisiko memperburuk kondisi mental seseorang.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa kelelahan kerja yang tidak tertangani dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius dan bahkan berujung pada konsekuensi tragis jika tidak ditangani sejak dini.
Tujuh Cara Efektif Atasi Burnout
Untuk mencegah dan mengatasi burnout, beberapa langkah berikut dapat dilakukan, seperti dilansir dari laman Psychology Today dan jurnal-jurnal ilmiah:
- Jaga Keseimbangan Hidup
Menjaga work-life balance menjadi kunci utama. Waktu untuk bekerja, istirahat, dan bersosialisasi harus proporsional agar tubuh dan pikiran tetap seimbang. Studi di Occupational Medicine (2018) menunjukkan bahwa jadwal kerja fleksibel mampu mengurangi risiko burnout secara signifikan. - Konsumsi Makanan Sehat
Nutrisi yang tepat membantu menjaga kestabilan mood dan energi. Hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh, pilih makanan kaya serat, omega-3, dan antioksidan. - Susun Ulang Kegiatan Harian
Jadwal yang terlalu padat dan tidak realistis adalah pemicu umum burnout. Menyusun ulang kegiatan harian secara lebih bijak dapat membantu mengurangi tekanan. - Kelola Stres dengan Teknik Relaksasi
Teknik seperti meditasi, mindfulness, dan pernapasan dalam terbukti menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan ketenangan mental. - Tidur yang Cukup dan Berkualitas
Kurang tidur memperburuk kelelahan dan gangguan mental. Meta-analisis dalam jurnal Sleep Health (2017) menyebutkan bahwa tidur kurang dari 6 jam berkorelasi tinggi dengan burnout. Tidur 7–9 jam per malam sangat dianjurkan. - Rutin Berolahraga
Aktivitas fisik meningkatkan pelepasan endorfin, zat kimia yang memberikan efek positif pada suasana hati. Olahraga juga memperbaiki kualitas tidur dan daya tahan tubuh terhadap stres. - Cari Bantuan Profesional
Jika burnout sudah mengganggu keseharian, segera konsultasikan ke psikolog atau terapis. Terapi kognitif perilaku (CBT) terbukti efektif mengurangi gejala burnout dan memperbaiki kondisi psikologis secara keseluruhan.
Kesehatan Mental adalah Prioritas
Burnout bukan tanda kelemahan, melainkan sinyal bahwa tubuh dan pikiran butuh perhatian. Kesadaran untuk mengenali, memahami, dan mengatasi burnout perlu ditanamkan, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan dukungan yang memadai, burnout bisa diatasi sebelum berkembang menjadi gangguan kesehatan mental yang lebih serius.





