Ragam  

Cacingan Bukan Penyakit Sepele, Ini Rekomendasi Obat dan Dosisnya

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Setelah kasus balita terinfeksi parasit cacing di Sukabumi ramai diperbincangkan publik, kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit cacingan kembali meningkat. Para ahli mengingatkan bahwa pemilihan obat yang tepat menjadi kunci keberhasilan pengobatan maupun pencegahan.

Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., menjelaskan bahwa tidak semua obat cacing bekerja dengan cara yang sama. “Obat cacing memiliki mekanisme berbeda-beda sesuai jenisnya, seperti albendazole, pirantel pamoat, piperazin, dan praziquantel,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin (25/8/2025).

Empat Jenis Obat Cacing dan Mekanismenya

Prof. Zullies memaparkan terdapat empat golongan utama obat cacing:

  1. Albendazole & Mebendazole
    • Cara kerja: Menghambat pembentukan mikrotubulus sel cacing sehingga tidak dapat menyerap glukosa.
    • Dampak: Cacing kehabisan energi, lumpuh, lalu mati.
  2. Pirantel Pamoat
    • Cara kerja: Melumpuhkan otot cacing melalui stimulasi reseptor asetilkolin.
    • Dampak: Cacing terlepas dari dinding usus dan keluar bersama feses.
  3. Piperazin
    • Cara kerja: Menghambat transmisi neuromuskular pada cacing gelang.
    • Dampak: Cacing mengalami kelumpuhan.
  4. Praziquantel (khusus cacing pita dan trematoda)
    • Cara kerja: Meningkatkan permeabilitas membran sel cacing terhadap ion kalsium.
    • Dampak: Cacing berkontraksi hingga mati.

Prof. Zullies menegaskan bahwa obat cacing tidak pernah mengeluarkan cacing dalam keadaan hidup. “Cacing akan lumpuh atau mati, kemudian terdorong keluar bersama feses,” jelasnya.

Dosis Obat Cacing Sesuai Usia

Menurut Prof. Zullies, dosis obat berbeda tergantung usia dan jenis obat.

  • Albendazole: Dewasa & anak di atas 2 tahun 400 mg dosis tunggal; anak usia 1–2 tahun 200 mg dosis tunggal.
  • Mebendazole: Dewasa & anak di atas 2 tahun 500 mg dosis tunggal, atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.
  • Pirantel Pamoat: Dewasa & anak 10 mg/kg berat badan dosis tunggal, maksimal 1.000 mg.

WHO dan Kemenkes Anjurkan Minum Obat Cacing Tiap 6 Bulan

Untuk pencegahan infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (soil-transmitted helminthiasis), Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan konsumsi obat cacing setiap enam bulan sekali, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis.

“Untuk pencegahan cukup rutin tiap enam bulan sekali. Sedangkan untuk pengobatan infeksi aktif, cukup dengan dosis tunggal, dan pada kasus berat bisa diulang sesuai anjuran dokter,” kata Prof. Zullies.

Kasus di Sukabumi menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit cacingan yang kerap dianggap sepele, namun bisa menimbulkan dampak serius pada kesehatan, terutama bagi anak-anak.