MAJALENGKA, TINTAHIJAUCOM – Dalam debat kandidat Pilkada Majalengka, Calon Wakil Bupati Majalengka nomor urut 2, Koko Suyoko membantah pernyataan calon wakil bupati nomor urut 1, Dena M. Ramdhan terkait kepemilikan destinasi wisata di Majalengka.
Awalnya, debat dimulai dengan pertanyaan mengenai upaya optimasi sektor pariwisata dan kebudayaan di Majalengka. Dalam kesempatan tersebut, Koko yang berpasangan dengan Karna Sobahi menjelaskan visinya untuk membangun cluster seni dan budaya, serta wisata alam di daerahnya. Ia berencana untuk sinergikan seni, budaya, dan wisata alam Majalengka agar bisa dipromosikan ke wisatawan dalam dan luar negeri.
“Kita akan perbaiki infrastrukturnya, pelatihan untuk warganya, kita perbaiki semuanya, sehingga wisata seni, budaya, alam, kita bisa bersaing di kancah nasional dan internasional,” kata Koko.
Koko melanjutkan dengan menekankan pentingnya memanfaatkan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati untuk menarik wisatawan asing.
“Kita punya BIJB yang dapat menjadi pintu gerbang internasional. Dengan fasilitas ini, kita bisa memasarkan seni, budaya, dan wisata alam Majalengka ke pasar global,” kata Koko.
Menanggapi pernyataan Koko, Dena menyatakan bahwa seluruh tempat wisata di Majalengka dimiliki oleh desa dan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
“Yah destinasi wisata di Majalengka itu semua yang memilikinya adalah desa dan TNGC,” kata Dena.
Dena kemudian melanjutkan dengan bertanya terkait strategi agar sektor wisata ini bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Saya mau bertanya bagaimana strategi bapak agar menjadi PAD, dan juga bisa menjadi azas manfaat bagi masyarakat sekitar. Tolong dijelaskan, dan bagaimana masyarakat mendapatkan manfaat dari destinasi wisata ini,” lanjut Dena.
Menangapi hal itu, Koko menjawab dengan tegas bahwa objek wisata di Majalengka tidak seluruhnya dimiliki oleh desa atau TNGC, melainkan pengelolaannya melibatkan kerjasama berbagai pihak, baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun desa.
“Saya melihat objek wisata di Majalengka itu tidak seluruhnya milik desa, ada kerjasama dengan TNGC, ada milik pribadi, ada kerjasama dengan pemda,” ujar Koko.
Kemudian, Koko juga menekankan pentingnya asas manfaat bagi masyarakat. Ia berbagi pengalamannya mempromosikan potensi wisata Majalengka ke rekannya di Jepang. Respon warga negara asing tersebut, lanjut Koko, menunjukkan minat yang luar biasa terhadap seni, budaya, dan wisata alam Majalengka.
“Saya sudah berbicara dengan rekan-rekan dari Jepang Airlines. Mereka tertarik untuk mempromosikan seni, budaya dan wisata Majalengka di Jepang,” tambah Koko.
Koko berkomitmen untuk memperbaiki infrastuktur yang mendukung akses ke tempat-tempat wisata. Dengan visi ini, Koko yakin sektor pariwisata Majalengka akan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Kita akan memperbaiki akses menuju objek wisata, meningkatkan pelatihan bagi masyarakat sekitar, dan memastikan bahwa mereka dapat merasakan manfaat langsung dari perkembangan sektor pariwisata,” pungkas Koko.
Rep.: Echa Rachmania