SUBANG, TINTAHIJAU.COM – RSUD Subang terus memperkuat perannya dalam mencegah stunting demi mewujudkan generasi Indonesia Emas 2045. Salah satu langkah nyata dilakukan melalui kolaborasi dengan 40 puskesmas se-Kabupaten Subang guna mengedukasi masyarakat dan melakukan deteksi dini potensi stunting pada anak.
Hal tersebut mengemuka dalam program siaran talkshow LEKAT yang ditayangkan dari Studio Radio Benpas Subang pada Senin (21/7). Talkshow ini menghadirkan dua narasumber dari RSUD Subang, yakni dr. Riri Andriana, Sp.A, dokter spesialis anak, dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) RSUD Subang, Novi Achmad, S.S., M.AP.
Dalam perbincangan hangat tersebut, dr. Riri mengungkapkan bahwa pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang dalam menyiapkan calon pemimpin masa depan.
“Usia 30 tahun adalah usia emas seseorang untuk menjadi pemimpin yang matang. Maka, pembangunan kualitas anak harus dimulai sejak sekarang,” ujarnya.
RSUD Subang, lanjutnya, tengah fokus pada lima fondasi utama dalam pelayanan kesehatan anak, yakni Penurunan angka stunting; Peningkatan layanan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus; pencegahan kekerasan terhadap anak; Penurunan angka pernikahan dini dan Literasi serta kecerdasan digital sejak dini
Menurut data terbaru, angka stunting di RSUD Subang berhasil ditekan hingga menyentuh 12 persen. RSUD menargetkan penurunan lebih lanjut hingga mencapai 15 persen pada tahun depan.
“Kami melihat gizi yang tidak tercukupi sebagai salah satu penyebab utama stunting. Maka, edukasi menjadi kunci,” tegas dr. Riri.
Kolaborasi dengan 40 puskesmas bertujuan untuk memperluas cakupan penyuluhan, terutama dalam mendeteksi dini gejala stunting serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan pola asuh anak.
Sementara itu, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) RSUD Subang, Novi Achmad, S.S., M.AP menambahkan, edukasi masif yang dilakukan secara kolaboratif ini diharapkan mampu mengubah pola pikir masyarakat terhadap pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak sejak dini. “Kesehatan anak bukan hanya urusan medis, tapi juga sosial dan kultural. Maka perlu pendekatan lintas sektor,” ujarnya.
Sebagai informasi, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Anak stunting tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan otak dan daya tahan tubuh yang terganggu.
Pemerintah pusat maupun daerah, termasuk Subang, saat ini terus menggalakkan program percepatan penurunan stunting sebagai bagian dari agenda pembangunan jangka panjang menuju generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.






