Ragam  

Dari Ikan yang Terbuang, Ibu Muda asal Blanakan Subang Eka Mustika Raup Cuan Puluhan Juta per Bulan

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Sebuah rumah sederhana di Desa Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan, Subang, menjadi saksi perjuangan seorang ibu muda yang berhasil mengubah keterbatasan menjadi peluang emas. Dari dapur mungil berukuran 3×6 meter, Eka Mustika (34) menyalakan semangat wirausaha yang kini membawanya pada kesuksesan. Produk olahan ikannya, Mustika Food, bukan hanya dikenal di Subang, tapi sudah melanglang buana ke berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.

Kisah Eka bermula pada 2016. Saat itu, pamannya yang seorang nelayan sering membawa pulang ikan tengkek. Ikan berkulit kasar dan keras ini nyaris tak bernilai di mata para nelayan. Banyak yang memilih membuangnya ketimbang dijual, karena dianggap tidak layak konsumsi.

Namun Eka melihatnya dari sudut pandang berbeda. “Ikan hasil tangkapan paman lumayan banyak, tapi nggak ada yang mau. Akhirnya saya coba olah jadi abon,” kenang Eka sambil tersenyum.

Sayangnya, eksperimen pertama itu jauh dari kata berhasil. Bahkan, bukan sekali dua kali, berkali-kali Eka gagal. Teksturnya tidak pas, rasanya tidak enak, hingga warnanya tidak menarik. Tetapi kegagalan itu justru menjadi cambuk untuk terus mencoba. Eka bahkan sempat membeli abon dari produsen lain hanya untuk membandingkan dan mencari tahu letak kesalahannya.

Perlahan, racikannya mulai membuahkan hasil. Abon ikan tengkek buatannya diterima lidah masyarakat sekitar. “Awalnya dipasarkan keliling kampung. Modalnya cuma Rp100 ribu–Rp200 ribu, bisa balik jadi omzet Rp1 juta. Dari situ saya yakin usaha ini bisa berkembang,” ujar Eka.

Tahun 2017 menjadi titik balik perjalanannya. Eka mulai serius menekuni usahanya. Ia mengikuti pelatihan demi pelatihan, baik di Subang maupun Bandung. Ia belajar soal manajemen usaha, pengemasan, hingga mengurus legalitas produknya. Hasilnya, produk Mustika Food mulai dipasarkan lebih luas, tidak hanya di warung dan toko oleh-oleh Subang, tetapi juga secara online.

Yang membuat orang kagum, semua produk Mustika Food dihasilkan dari dapur rumahnya yang berukuran 3×6 meter. Dari ruang sederhana itu, Eka bersama dua orang karyawan mengolah ikan tengkek menjadi berbagai macam camilan gurih. Proses produksi dilakukan dengan disiplin, mulai dari pemilihan ikan, pengolahan, hingga pengemasan.

Kini, Mustika Food tidak lagi hanya memproduksi abon ikan tengkek. Eka melebarkan sayap dengan melahirkan produk turunan seperti kerupuk Tengkriuk, lumpia, dan rangginang. Dalam sebulan, dapurnya mampu mengolah sekitar 1 ton ikan tengkek, menghasilkan ribuan produk siap edar. Omzet yang ia peroleh pun mencapai sekitar Rp50 juta per bulan.

Namun perjalanan itu tidak tanpa hambatan. Eka mengakui dua tantangan terbesar yang ia hadapi adalah memperkenalkan ikan tengkek yang masih asing di telinga banyak orang, serta menjaga pemasaran agar produk terus berputar. “Alhamdulillah selama ini kita juga mendapat support dari Pertamina, dari mulai pendampingan, pelatihan, sampai alat produksi,” kata Eka.

Dukungan itu datang dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Community Development Officer PHE ONWJ, Iman Teguh, menilai Eka sebagai sosok perempuan tangguh yang patut menjadi inspirasi. “Awalnya ada 20 orang binaan, tapi yang bertahan tinggal Eka. Dia gigih, berani ikut training sendiri ke Bandung, memanfaatkan online, bahkan mengajak temannya jadi reseller,” ujar Iman.

Kegigihan Eka membuatnya tidak hanya dikenal sebagai pelaku UMKM sukses, tetapi juga sebagai trainer dan pendamping UMKM lain. Ia kerap diundang dalam berbagai pelatihan untuk berbagi pengalaman dan motivasi. “Selain hebat dalam berusaha, Eka juga terus berkembang. Makanya kami sering melibatkan dia dalam kegiatan UMKM,” tambah Iman.

Anggota DPRD Subang H. Adik mengaku kagum dengan usaha dan kegigihan Eka Mustika. Anggota DPRD dari Dapil 4 yang meliputi Kecamatan Ciasem, Blanakan dan Patokbeusi itu menyebutkan Eka tidak lagi sekadar seorang ibu rumah tangga tapi contoh nyata bagaimana ketekunan, kerja keras, dan kreativitas bisa mengubah nasib.

“Dari dapur sederhana 3×6 meter, Eka membuktikan bahwa peluang usaha bisa lahir dari tempat paling tidak terduga,” katanya

Kisah Eka Mustika, kata Adik, menjadi pengingat bahwa sukses tidak selalu dimulai dari modal besar. Kadang, imbuhnya cukup dengan keberanian untuk mencoba, semangat untuk bertahan, dan tekad untuk terus belajar.

“Tentu saja kami bangga, Ibu Eka menegaskan sekaligus mengajarkan mimpi besar bisa lahir dari ruang kecil dan dari daerah pelosok,” imbuhnya