SUBANG, TINTAHIJAU.com – Setiap pagi, suasana di Jalan Arief Rahman Hakim, Subang, menjadi lebih hidup. Bukan hanya karena lalu lintas yang ramai, tapi juga karena hadirnya tenda sederhana di depan gerbang SMK Bina Putera.
Di bawah tenda itu, sejumlah siswa tampak sibuk menjajakan aneka menu sarapan dengan harga bersahabat: semua hanya Rp10.000.
Menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari nasi goreng, ayam katsu, buko pandan, salad sayur, risol, puding, sandwich, cilok, hingga sari lemon. Tertata rapi dalam kemasan praktis, makanan ini menjadi buruan warga yang lewat, khususnya orang tua yang mengantar anak sekolah atau pegawai yang butuh bekal untuk ke kantor.
Namun, ini bukan sekadar lapak jualan biasa. Di balik aktivitas ini, tersimpan metode pembelajaran langsung yang diterapkan oleh SMK Bina Putera melalui jurusan Bisnis dan Pemasaran.
“Sebenarnya ini bukan masuk ke praktik kewirausahaan, tapi ke pembelajaran mata pelajaran Dasar-Dasar Program Keahlian. Anak-anak yang jaga di depan itu dari jurusan Pemasaran, khususnya kelas 10. Kami latih sejak awal supaya nanti saat PKL mereka sudah siap,” jelas Guru Produktif Program Pemasaran Bisnis, Fina Fitriani Alfiah, Sp.d.
Fina menyebutkan bahwa proyek ini merupakan bentuk pendidikan kontekstual. Para siswa diajak mempraktikkan secara langsung bagaimana cara melayani konsumen, menangani komplain, dan mendisplay produk, semua yang akan mereka hadapi nanti saat terjun ke industri retail seperti supermarket atau toko modern.
“Biasanya saya briefing dulu sebelum mereka bertugas. Saya beri jadwal rolling harian. Hari ini si A, besok si B. Jadi semuanya merasakan tugas di lapangan. Tujuannya, ketika nanti mereka dikirim ke tempat PKL mereka nggak kaget atau gugup.” paparnya
Aktivitas ini dilakukan empat hari dalam seminggu, yaitu setiap Selasa hingga Jumat, dimulai sejak pukul 06.00 pagi. Para siswa yang bertugas sudah siap lebih awal, lengkap dengan alat dan perlengkapan jualan. Menariknya, dari hasil penjualan, siswa juga diberi upah harian sebesar Rp15.000, sebagai bentuk apresiasi dan motivasi.
Untuk produknya, Fina menjalin kerja sama dengan para guru UMKM internal di SMK Bina Putera. Menu harian seperti makanan berat, minuman, hingga cemilan disuplai langsung dari ibu-ibu guru yang punya usaha rumahan.
“Saya awalnya masuk dulu ke guru-guru. Saya tanya, siapa yang mau titip produk untuk program ini? Akhirnya banyak yang ikut. Sekarang rata-rata per hari masuk sekitar 300 item, dan itu selalu habis.”
Menurutnya, program ini tak hanya sekadar sarana belajar, tetapi juga membantu siswa secara ekonomi. Karena itulah semua dilakukan atas dasar kesepakatan dan komitmen bersama antara guru dan siswa.
Salah seorang pembeli, Ipiet, mengaku terbantu dengan kehadiran lapak ini.
“Menunya lengkap, harga ramah di kantong, dan praktis. Saya biasa beli sekalian nganter anak ke sekolah, jadi enggak perlu repot bikin sarapan di rumah,” ujarnya sambil memilih sandwich dan puding.
Fina berharap, lewat program ini, para siswa siap mental dan keterampilan ketika dikirim ke industri. Tidak sekadar tahu teori, tapi juga paham cara menghadapi konsumen di dunia nyata.
“Kalau tidak dilatih sejak sekarang, bisa saja nanti saat PKL hanya disuruh hal ringan. Tapi kalau sudah terbiasa seperti ini, mereka punya mental siap kerja. SMK itu memang disiapkan untuk itu, SMK Bisa SMK Hebat,” imbuhnya
Dengan semangat dan pembinaan yang konsisten, SMK Bina Putera Subang membuktikan bahwa proses belajar tak selalu harus di dalam kelas. Dari lapak sederhana di pinggir jalan, lahir siswa-siswa yang siap menghadapi dunia kerja dengan percaya diri dan pengalaman nyata.